Pada saat Ratu Ayu Kencana Wungu bertahta di kerjaan majapahit, tersebutlah sebuah daerah bernama Blambangan yang terletak di Banyuwangi. Daerah itu dipimpin seorang adipati sakti yang punya tanduk kerbau di kepalanya, namanya Kebo Marcuet.
Lalu diadakanlah sayembara. Barangsiapa sanggup membunuh Kebo Marcuet maka berhak menjadi adipati di Blambangan dan akan dijadikan suami ratu. Ratusan pemuda ikut dalam sayembara itu, termasuk Jaka Umbaran. Semuanya tak mampu mengalahkan Kebo Marcuet, maka Jaka Umbaran pun maju. Dia cukup percaya diri karena tahu kelemahan Kebo Marcuet. Ternyata Jaka Umbaran ini adalah cucu dari cucu Ki Angger Pamengger yaitu guru dari Kebo Marcuet. Pertarungan berjalan cukup seru. Jaka Umbaran punya senjata gada wesi kuning. Dengan senjata itu dia berhasil mengalahkan Kebo Marcuet. Kemenangan Jaka Umbaran disambut gembira oleh Ratu Ayu. Diapun kemudian dinobatkan sebagai Adipati Blambangan yang kemudian dikenal dengan sebutan Minak Jinggo.
Akibat perang seru dengan Kebo Marcuet, wajah Minak Jinggo rusak dan tubuhnya bongkok. Ketika Minak Jinggo menagih janji untuk menjadi suami Ratu Ayu, sang Ratu mengelak. Sebab dia kecewa Minak Jinggo tak lagi tampan. Merasa geram dengan penolakan Ratu Ayu, Minak Jinggo mempersiapkan pemberontakan terhadap Majapahit. Lagi-lagi Ratu Ayu menggelar sayembara. Barangsiapa yang berhasil membunuh Minak Jinggo, maka berhak menjadi Adipati Blambangan dan Ratu Ayu berkenan menjadikannya suami. Para pemuda mengikuti sayembara itu. Satu per satu pemuda itu menghadapi Minak Jinggo, namun tak ada yang mampu mengalahkan kstaria bersenjata gada wesi kuning itu.
Tersebutlah seorang pemuda bernama Damar Wulan. Dia seorang penjaga kuda Patih Loh Gender. Wajahnya tampan dan rupawan. Damar Wulan ingin mengikuti sayembara tersebut. Maka ia pun minta izin kepada Ratu Ayu untuk mengikuti sayembara itu.
“Baiklah Damar Wulan, kamu boleh mengikuti sayembara itu. Ingat bawakan aku gada wesi kuning, senjata kebanggaan Minak Jinggo supaya aku yakin kamu telah mengalahkannya.
Damar Wulan pun berangkat. Namun diam-diam Layang Seta dan Layang Gumitir, mereka adalah putra Patih Loh Gender. Mereka bermaksud merebut gada wesi kuning seandainya Damar Wulan mampu mengalahkan Minak Jinggo.
Sesampai di Blambangan, Damar Wulan langsung menantang Minak Jinggo.
“Ha… ha… ha…., anak kemarin sore menantangku. Ayo biar kukalahkan kamu sekarang juga!”
Maka pertarungan sengit berlangsung. Namun Damar Wulan tak mampu melawan kekuatan gada wesi kuning. Dia pingsan dalam pertarungan itu. Minak Jinggo memasukkannya ke dalam penjara.
Tanpa diduga, dua selir Minak Jinggo, Dewi Sahita dan Dewi Puyengan jatuh hati dengan Damar Wulan. Diam-diam mereka menyelinap ke dalam penjara dan menyembuhkan Damar Wulan. Mereka memberitahu kelemahan Minak Jinggo. Adipati Blambangan itu tidak berdaya tanpa gada wesi kuning. Damar Wulan memanfaatkan Dewi Sahita dan Dewi Puyengan untuk mencuri gada wesi kuning. Maka kedua selir itu diam-diam masuk kamar Minak Jinggo dan mencuri gada wesi kuning. Senjata sakti itu kemudian diserahkan kepada Damar Wulan. Mereka juga membebaskan Damar Wulan.
Selepas dari penjara, Damar Wulan sekali lagi menantang Minak Jinggo. Minak Jinggo sangat terkejut karena Damar Wulan memiliki senjatanya.
“Damar Wulan, darimana kamu mendapatkan senjataku?”
Damar Wulan tak menjawab justru langsung menyerang. Pertarungan sengit berlangsung. Damar Wulan berhasil membunuh Minak Jinggo dengan senjatanya sendiri. Damar Wulan pun membawa senjata itu dan pulang ke Majapahit.
Saat dia sedang beristirahat, Layang Seta dan Layang Gumitir yang sejak dulu membuntutinya mencuri gada wesi kuning darinya. Mereka segera membawa senjata itu kehadapan Ratu Ayu. Damar Wulan yang merasa terpedaya segera menyusul ke istana. Dia menyanggah Layang Seta dan Layang Gumitir bukan orang yang mengalahkan Minak Jinggo.
“Ampun Ratu, hambalah yang mengalahkan Minak Jinggo. Senjata gada wesi kuning dicuri oleh mereka saat hamba beristirahat dalam perjalanan ke Majapahit.”
“Bohong Ratu. Damar Wulan dipenjara di Blambangan. Dan kamilah yang berhasil mengalahkan Minak Jinggo. Buktinya gada wesi kuning di tangan kami!”
Pertengkaran terus berlanjut sehingga Ratu Ayu menjadi bingung.
“Berhentilah kalian bertengkar. Sekarang begini saja, kalian bertarunglah untukku. Barangsiapa yang menang dialah yang berhak menjadi suamiku.”
Maka pertarungan pun terjadi. Damar Wulan mengerahkan seluruh kesaktiannya saat dikeroyok oleh Layang Seta dan Layang Gumitir. Sementara itu, Layang Seta dan Layang Gumitir terus menyerang, namun mereka tak sebanding dengan kesaktian Damar Wulan. Akhirnya Damar Wulan mengalahkan mereka. Layang Seta dan Layang Gumitir mengakui kesalahannya. Damar Wulan pun diangkat menjadi Adipati Blambangan. Kali ini Ratu Ayu mau diperistri Damar Wulan yang masih tetap tampan seusai bertarung dengan Minak Jinggo. Mereka pun menikah dan memimpin Majapahit dengan sangat baik.#kisah#sejarah#dongeng
Ещё видео!