TRIBUN-VIDEO.COM, KARANGANYAR - Tidak ada kata menyerah dalam hal mencari uang demi sesuap nasi.
Hal itulah yang diterapkan dalam benak Tatik (44), warga Desa Keron, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.
Tiap harinya dilalui dengan berkeliling menawarkan jamu di atas sepeda motor miliknya.
Siapa sangka perjuangannya sudah dimulai dari 26 tahun silam?
Ya, Tatik sudah mulai berjualan jamu sejak usia 18 tahun.
Profesi ini disebut turun temurun di keluarganya.
"Saya telah berjualan jamu sejak usia masih muda usia 18 tahun, saat itu saya ikut ibu saya berjualan jamu, ini profesi yang diturunkan dari nenek moyang saya," kata Tatik kepada TribunSolo.com, Jumat (30/9/2022).
Saat itu, Tatik berjualan jamu dengan sistem jamu gendong.
Dia menawarkan produk racikan jamunya dengan mengelilingi ibukota.
"Saya sudah berjualan di sana sekira 10 tahun, saat punya anak pertama masih merantau," katanya.
Pada tahun 2012, dia memutuskan untuk kembali ke Karanganyar.
"Kemudian saat miliki anak kedua yang usianya masih 3 bulan, saya balik ke Karanganyar, tepatnya di tahun 2012," ucap Tatik.
Berbeda dengan cara berjualannya di Jakarta, di Karanganyar Tatik memilih menggunakan sepeda motor untuk berjualan.
"Saya di Karanganyar, biasa berjualan keliling ke perkantoran-perkantoran di Kabupaten Karanganyar dan Alhamdulillah, masih ada yang memesan jamu saya," ujar Tatik.
Dalam sehari, dia bisa mendapat setidaknya Rp100 ribu per hari.
Jamunya sendiri dijual saat masih hangat alias dalam keadaan masih segar.
"Setiap hari kami selalu racik jamu, setidaknya 3 kali sehari, pukul 06.00 - 08.00 WIB, kemudian pukul 09.00 - 12.00 WIB, dan pukul 13.00 -15.00 WIB, " ungkap Tatik.
Harga jamu yang ditawarkan rata-rata Rp 4 ribu per gelas, dan Rp 5 ribu per botol.
Jamu yang dia jajakan yaitu, Wedang Jahe, Kunir Asem, Gula Asem, Temulawak.
"Kita juga jual jamu spesial Rp30 ribu atau pesan dengan ukuran air mineral kemasan besar dengan harga Rp 100 ribu," ujar Tatik.
Selain menawarkan jamu, Tatik ternyata juga berjualan cilok dan aneka roti.
Ciloknya dibanderol sekira Rp 3 ribu per plastik, sedangkan roti sebesar Rp 1 ribu per pieces.
Meski sudah berjualan jamu puluhan tahun lamanya, Tatik mengaku senang.
Menurutnya, dengan berjualan jamu, dia bisa meringankan beban suami yang berprofesi sebagai petani.
"Alhamdulillah dengan jualan jamu ini, setidaknya bantu keuangan suami dan dapat menyekolahkan dua anak saya hingga saat ini sudah lulus kuliah," tutur Tatik.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kisah Tatik Penjual Jamu Keliling di Karanganyar: Jajakan Jamu Gendong di Jakarta Dari Usia 18 Tahun, [ Ссылка ].
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Ещё видео!