Kampung Cibadak merupakan kampung yang pertama kali dibuka dan dijadikan pemukiman oleh warga Desa Warungbanten. Hal ini sejalan dengan proses perpindahan masyarakat adat Kaolotan Cibadak yang berasal dari turunan Sajra, dan telah berpindah sebanyak 12 kali akhirnya memutuskan untuk menetap di Kampung Cibadak, Desa Warungbanten. Hingga kini Kampung Cibadak masih memegang teguh nilai-nilai yang diajarkan secara turun temurun dari leluhurnya serta masih tetap menjalankan berbagai kegiatan tradisi mereka, terutama aktifitas yang berkaitan dengan bercocok tanam padi. Aktifitas bercocok tanam (padi) pada masyarakat adat Kasepuhan Cibadak merupakan kegiatan sakral yang harus dilakukan secara tertib dan teratur. Ketabuan-ketabuan dalam setiap aktifitas tersebut merupakan manifestasi dari ungkapan rasa syukur terhadap sang pencipta, yang harus dilakukan secara sakral dan penuh hidmat. Hal tersebut tergambar dari salah satu tradisi Gegenek atau nutu yang ada di Kasepuhan Cibadak. Lahirnya kesenian gondang, terkait erat dengan tradisi Gegenek atau nutu, yaitu proses pengolahan padi menjadi beras dengan cara ditutu (ditumbuk) menggunakan halu (alu) dan lisung (lesung).
Tradisi nutu ini merupakan aktivitas yang umum dilakukan oleh semua petani Sunda di pedesaan, sebelum masuknya teknologi mesin penggiling padi. Kegiatan nutu paré merupakan kegiatan menumbuk paré anyar, yaitu padi yang baru dipanen. Kegiatan ini melibatkan hampir semua ibu-ibu yang di kasepuhan Cibadak.
Ещё видео!