Haluuu, Sahabat Bale Buku Bekas
Terima kasih sudah menonton video ini.
Bukan cuma puisinya, hampir seluruh sisi kehidupannya menarik untuk dikisahkan. Inilah penyair yang penuh daya hidup, urakan, pencuri kecil-kecilan, dan mati muda.
Kalau saja berumur panjang, usia Chairil Anwar tepat seratus tahun pada 26 Juli 2022. Dia lahir di Medan, Sumatra Utara, 26 Juli 1922, dari pasangan Toeloes bin Manan dan Saleha. Sayangnya, usianya terbilang pendek. Belum genap 27 tahun, dia wafat pada 28 April 1949. Jasadnya disemayamkan “di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.)”, tulisnya pada puisi bertajuk “Yang Terampas dan yang Putus”. Puisi tersebut ditulisnya tak lama sebelum kematiannya.
Boleh jadi, hingga hari ini, Chairil Anwar adalah sastrawan paling populer di negeri ini. Hari kematiannya ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional. Hari kelahirannya pun diperingati para penggiat sastra tiap tahun. Di kelas atau pada buku pelajaran Bahasa Indonesia, sekurangnya 50 tahun terakhir, nama lelaki bermata merah ini tak absen disebut.
Selain karyanya, hampir seluruh sisi kehidupannya menarik untuk dikisahkan. Mulai dari gaya hidup bohemiannya, kebiasaannya mengutil buku di toko buku, hingga perannya sebagai “kurir” informasi dari Sutan Sjahrir, pamannya yang juga Perdana Menteri RI yang pertama, menjelang proklamasi kemerdekaan negeri ini. Coba tengok laporan edisi khusus Majalah Tempo tentang Chairil Anwar, 15-21 Agustus 2016, berikut ini.
Bahkan, tak sedikit penggalan puisinya dijadikan aforisme, kata-kata mutiara, pepatah, jargon, atau grafiti di ruang publik. Karena itu, pada banyak kepala di negeri ini, Chairil tetap hidup.
H.B. Jassin menahbiskan penyair pelahap buku yang akut ini sebagai pelopor Angkatan ‘45 melalui esai “Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45” yang dimuat pada Majalah Mimbar Indonesia edisi 15 Mei 1949. Dami N. Toda mengibaratkannya sebagai mata kanan sastra Indonesia pada buku Hamba-Hamba Kebudayaan. Pada buku Sastra Baru Indonesia 1, A. Teeuw menilai keistimewaan puisi-puisinya “bukanlah apa yang dikatakannya, melainkan bagaimana dia mengatakannya.” “… beberapa sajaknya yang terbaik menunjukkan bahwa ia telah bergerak begitu cepat ke depan…,” tulis Sapardji Djoko Damono menjelang ujung esai epilognya pada buku Aku Ini Binatang Jalang: Koleksi Sajak 1942-1949 Chairil Anwar. Di tangan Chairil, bahasa Indonesia juga terasa lebih berdaya.
Sebagai sastrawan, menurut hitungan H.B. Jassin, Chairil hanya mewariskan 94 tulisan selama 6,5 tahun masa kreatifnya atau selama 1942-1949. Jumlah tersebut terdiri atas 70 puisi asli, 4 puisi saduran, 10 puisi terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan.
Dua dari empat prosa terjemahannya sudah dibukukan. Satu di antaranya terbit sebelum dia wafat, yakni Pulanglah Dia Si Anak Hilang karya Andre Gide terbitan Pustaka Rakyat pada 1948. Satu lagi terbit setelah kematiannya, yakni Kena Gempur karya John Steinbeck terbitan Balai Pustaka 1951.
Hampir semua puisi asli, saduran, dan terjemahannya dikumpulkan dalam empat antologi yang terbit setelah Chairil wafat. Satu, “Kerikil Tadjam”, yang hanya beredar di antara kawan-kawannya pada masa penjajahan Jepang. Dua, Deru Tjampur Debu, yang diterbitkan Pembangunan pada 1949. Tiga, Kerikil Tadjam dan jang Terampas dan jang Putus terbitan Pustaka Rakyat pada 1949. Empat, Tiga Menguak Takdir, kumpulan sajak Chairil Anwar bersama Rivai Apin dan Asrul Sani terbitan Balai Pustaka pada 1950. Beberapa puisi dipublikasikan berulang pada buku-buku tersebut.
Rivai Apin dan Asrul Sani memang segeng dengan Chairil di Gelanggang Seniman Merdeka. Bahkan, kabarnya, mereka bertiga yang memprakarsai pendirian paguyuban kesenian tersebut pada 1946. Henk Ngantung, Baharudin Marasutan, Basuki Resobowo, Dullah, Sudjana Kerton, Usmar Ismail, Pramoedya Ananta Toer, Sitor Situmorang, Mochtar Lubis, Muhammad Balfas, dan Ida Nasution, misalnya, terlibat juga dalam komunitas ini. Kelompok ini bermula dari “Gelanggang”, ruang sastra dan kebudayaan pada majalah mingguan Siasat.
#balebukubekas #penulisindonesia #sastrawanindonesia #biografisastrawan #penyairindonesia #chairilanwar
bale buku bekas, biografi sastrawan, biografi chairil anwar, chairil anwar, penyair chairil anwar, kisah hidup chairil anwar, peringatan kematian chairil anwar, perayaan chairil anwar, 100 tahun chairil anwar, peringatan 100 tahun chairil anwar, perayaan 100 tahun chairil anwar, hari puisi nasional, puisi chairil anwar, chairil anwar puisi, chairil anwar dari puisi ke pencuri, chairil anwar quotes, aku chairil anwar, aku ini binatang jalang, aku mau hidup seribu tahun lagi, sekali berarti sudah itu mati, kami cuma tulang-tulang berserakan, hidup hanya menunda kekalahan, cintaku jauh di pulau, tuhanku dalam termangu aku masih menyebut namamu, mampus kau dikoyak-koyak sepi, deru campur debu, kerikil tajam dan yang terampas dan yang putus, tiga menguak takdir, hari puisi indonesia,
Ещё видео!