Sejarah tradisi rakik- rakik atau rakit hias berawal dari pada masa penjajahan Belanda di Tanah Air. Saat itu para pemimpin Belanda menyukai adu domba antar masyarakat lokal. Mereka membuat kegiatan hiburan yang bertujuan untuk mengadu domba masyarakat. kegiatan hiburan itu salah satunya yakni setiap jorong dan nagari membuat rakit yang dipasangi Badia Batuang atau meriam dari bambu. Kemudian antar rakik tersebut saling berpacu dengan kekuatan bunyi Badia Batuang sehingga menimbulkan konflik antar peserta membuat Belanda pada saat itu menyukai taktik adu domba yang terjadi antar masyarakat. Selain rakit, masyarakat juga menggunakan kapal tongkang untuk kegiatan itu.
Namun setelah masa penjajahan berakhir, masyarakat Maninjau menjadikan momen tersebut untuk menjadi sebuah event festival dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya dan tidak lagi mengandalkan emosional antar masyakat. Namun lebih menonjolkan kreatifitas bagaimana cara menghias rakik tampak lebih unik dan berbeda pada masing - masing jorongnya.
penasaran kan gimana asiknya festival barakik-rakik?
yuk, berkunjung ke Kabupaten Agam!
#wonderfulindonesia #pesonaindonesia #banggaberwisatadiindonesia #appi2024 #event #mei
Ещё видео!