Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru
TRIBUN-VIDEO.COM - Kherkof Peucut adalah salah satu situs sejarah yang terletak di Banda Aceh, yang berfungsi sebagai makam bagi prajurit-prajurit Belanda yang tewas selama Perang Aceh (1873–1904). Nama Kherkof berasal dari bahasa Belanda yang berarti "kuburan," sementara Peucut merupakan julukan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud, seorang pemimpin perang Aceh yang dikenal karena keberanian dan ketangguhannya dalam melawan Belanda. Situs ini menyimpan jejak sejarah yang dalam, terutama terkait perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajahan Belanda yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade.
Perang Aceh sendiri merupakan salah satu perang kolonial terpanjang yang pernah terjadi di wilayah Hindia Belanda. Saat itu, Belanda berusaha untuk memperluas pengaruh dan kekuasaannya di wilayah Sumatra, terutama di Kesultanan Aceh, dengan tujuan menguasai jalur perdagangan strategis di Selat Malaka. Aceh, yang saat itu merupakan kerajaan Islam yang berdaulat, memiliki kekuatan militer yang kuat dan jaringan diplomatik dengan kekaisaran lain, seperti Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman). Hal ini membuat Belanda sulit untuk menaklukkan wilayah tersebut.
Perang dimulai pada 26 Maret 1873, ketika Belanda mendeklarasikan perang terhadap Aceh. Salah satu peristiwa penting pada masa awal perang ini adalah tewasnya Jenderal Kohler, salah satu pemimpin pasukan Belanda, dalam serangan yang dilakukan oleh pejuang Aceh di dekat Masjid Raya Baiturrahman. Kekalahan awal ini menunjukkan betapa sulitnya bagi Belanda untuk menaklukkan Aceh, dan menjadi pertanda bahwa perang ini akan berlangsung lama dan menelan banyak korban.
Dalam upaya mengabadikan para prajurit yang tewas dalam perang ini, Belanda mendirikan Kherkof Peucut sebagai makam prajurit mereka yang gugur di Aceh. Ribuan tentara Belanda, mulai dari perwira tinggi hingga prajurit biasa, dimakamkan di tempat ini. Setiap nisan yang ada di Kherkof menjadi simbol dari banyaknya nyawa yang hilang selama perang yang keras tersebut. Meskipun Belanda memiliki teknologi militer yang lebih maju, perlawanan rakyat Aceh, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Teuku Panglima Polem, sangat gigih dan berdarah-darah.
Meskipun Kherkof Peucut adalah tempat peristirahatan prajurit Belanda, masyarakat Aceh tetap menghormatinya sebagai bagian dari sejarah mereka. Situs ini tidak hanya menjadi pengingat bagi pihak Belanda, tetapi juga menjadi simbol perjuangan rakyat Aceh dalam mempertahankan tanah mereka dari penjajahan. Peucut, sebagai salah satu panglima perang yang disegani, berperan penting dalam mengorganisir perlawanan rakyat Aceh, baik melalui jalur militer maupun diplomatik. Meskipun pada akhirnya Aceh jatuh ke tangan Belanda, semangat perlawanan Aceh tetap ada hingga akhir.
Kini, Kherkof Peucut bukan hanya sekadar kuburan, tetapi juga situs sejarah yang penuh makna. Setiap makam dan nisan di Kherkof menjadi saksi bisu dari konflik besar yang membentuk sejarah Aceh dan Indonesia. Pengunjung yang datang ke tempat ini dapat merasakan jejak sejarah kolonialisme dan bagaimana kerasnya perjuangan rakyat Aceh melawan kekuatan asing.
Situs ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai perjuangan masa lalu. Kherkof Peucut adalah pengingat bahwa kemerdekaan dan kedaulatan tidak pernah diraih dengan mudah. Generasi sekarang diajak untuk mengenang pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang Aceh demi mempertahankan tanah air mereka. Dengan merawat situs ini, masyarakat Aceh menjaga warisan sejarah dan menghormati perjuangan para leluhur mereka.
Secara keseluruhan, Kherkof Peucut bukan hanya tempat peristirahatan bagi tentara kolonial, tetapi juga simbol perlawanan gigih rakyat Aceh yang penuh keberanian, pengorbanan, dan semangat yang tak pernah padam untuk mempertahankan kedaulatan dari penjajahan.
Program: Local Experience
Editor Video: yohanes anton kurniawan
#aceh #sejarah #kherkof #wisata #travel #kolonialisme #perjuangan #bandaaceh
Ещё видео!