jembatan bambu sasak jadi alternatif dan menjadi 2 jalur tidak macet lagidetik detik seling sasak putus..... detik detik air sungai bengawan solo naik........
Penutupan Jembatan Mojo menimbulkan fenomena unik yang muncul di sudut Sungai Bengawan. Daerah tempuran berarus pelan yang menghubungkan Kampung Beton, Kelurahan Sewu, Solo dengan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo kini dilengkapi jembatan rakitan. Berbahan bambu dan tong.
Meski harus merogoh kocek Rp 2.000 untuk bisa melintasi menggunakan kendaraan motor, warga dan pengendara dari berbagai wilayah tak mempermasalahkan. Pengendara memilih melintasi jembatan ini ketimbang harus memutar jauh, mengingat Jembatan Mojo kini tengah ditutup.
“Kalau warga lokal memang pilih lewat sini karena lebih dekat. Ya merasa diuntungkan daripada harus memutar jauh,” ucap Angraini, warga Mojo, Sukoharjo yang sehari-hari bekerja usaha penatu di Wilayah Gandekan, Solo itu.
Sejak tiga bulan lalu, Jembatan Sesek mulai dimanfaatkan warga setempat untuk melintas setelah kabar perbaikan Jembatan Mojo santer di masyarakat. Intensitas penggunanya pun meningkat tajam pasca penutupan Jembatan Mojo yang dilakukan Senin (26/9) lalu. “Lewat sini karena lebih cepat. Sekali lewat bayar Rp 2.000,” ungkap Suripto, 40, Warga Plumbon, Mojolaban, Sukoharjo.
Menyeberang via Jembatan Sesek yang menghubungkan Desa Gadingan dan Kampung Beton dirasa lebih efisien dalam hal mempersingkat waktu tempuh. Lebih baik ketimbang harus memutar lewat jalur alternatif yang disarankan baik lewat Telukan via Karangwuni maupun lewat Jurug via Bekonang.
”Sebelum ada jembatan yang model ini dulu juga pernah ada jembatan model lainnya dan ada juga getek. Biasanya getek itu dipakai kalau arus Sungai Bengawannya lagi tinggi, kalau pas asat (dangkal) ya biasanya memang ada yang buat jembatan bambu,” jelas Suripto.
Pengelola Jembatan Sesek Hala memastikan pembangunan jembatan bambu macam ini memang dilakukan tiap tahunnya, khususnya saat air Sungai Bengawan sedang surut. Pihaknya mengakui intensitas pemanfaatan meningkat seiring penutupan Jembatan Mojo dilakukan untuk perbaikan.
”Sebelumnya hanya ada satu jalur (melintas bergantian, Red), karena penggunanya banyak kemarin kami tambah satu jalur lagi. Jadi bisa langsung dua arah untuk menghindari penumpukan seperti Senin (26/9) sore kemarin,” jelasnya.
Jembatan yang terbuat dari bambu dan tong sepanjang 70 meter, senilai Rp 35 juta. Hala mempekerjakan banyak orang untuk operasional dan pengawasan di lapangan. Karena operasional 24 jam, pihaknya juga melengkapi jembatan dengan lampu penerangan dan sebagainya. “Kalau nanti airnya naik ya kami tutup demi keamanan, nanti diganti pakai getek (perahu kayu, Red),” papar Hala
jembatan ini menjadi penghubung dua kota sukoharjo dan solo
jembatan ini sangat membantu warga yang mau lewat
terutama yang mau sekolah yang mau kerja yang mau jenguk famili yang mau bermain dan lain sebagainya
jembatan ini tidak bisa dilewati mobil karena jalurnya yang extream dan mobil tidak busa lewat karena hanya untuk pengendara dan pejalan kaki saja
jembatan ini menjadi jalur alternatif karena jembatan utama yang ada di mojo tutup total karena ada perbaikan jembatan mojo yang memakan waktu beberapa hati atau mungkin beberapa bulan
jembatan ini keseharian nya dilewati lebih dari 1000 seribu lebih motor dan 1000 seribu lebih pejalan kaki
jembatan ini menjadi ramai karena ada dua proyek besar dari walikota solo, bpk gibran putra dari presiden joko widodo yang menyeberang proyek besar ini
pembangunan jembatan itu di tutup total dan jalur di alihkan memutar semakin jauh berlipat lipat jauhnya
sehingga jembatan bambu jagang, TU jembatan bambu gadingan jembatan bambu beton menjadi jalur alternatif yang sangat di tuju
Penutupan Jembatan Mojo menyebabkan jembatan sesek menjadi jalur alternatif favorit pengendara motor untuk keluar masuk Solo dari arah Sukoharjo dan sebaliknya.
Selama dua hari terakhir, ratusan pengendara motor antre melintasi jembatan sesek penghubung Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres Solo dan Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban Sukoharjo tersebut.
“Lewat sini lebih cepat, meskipun harus bayar Rp 2.000 (sekali jalan). Kalau lewat Jembatan Bacem harus memutar terlalu jauh,” tutur warga Mojolaban, Suripto, Selasa (27/9/2022).
Pembuat sekaligus pengelola jembatan sesek, Bagong mengakui adanya peningkatan jumlah pengendara yang menyeberang Bengawan Solo melewati jembatan tersebut, usai Jembatan Mojo ditutup.
Info lalu lintas Solo, tak hanya pengendara motor, pesepeda dan pejalan kaki pun ikut memanfaatkan jembatan itu.
“Kalau hari biasa hanya sekitar 30 motor, karena ada jembatan (Mojo) jalannya lancar. Tapi dua hari ini, yang lewat bisa sampai ratusan motor,” kata dia.
n ini memanfaatkan jembatan sesek di Kampung Beton, Sewu, Jebres, Solo.
Hal itu dilakukan warga karena jembatan utama Jurug B dan Jembatan Mojo ditutup untuk diperbaiki
Ещё видео!