Gubernur Kalsel H. Sahbirin Noor bersama putranya H. Sandi Fitrian Noor melakukan ziarah makam Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari atau Guru Sapat di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir Riau pada Jumat (17/11) petang.
Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar Inhil kelahiran Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan tahun 1857 yang meninggal di Sapat, Kuindra, Kabupaten Inhil, Riau pada 10 Maret 1930 silam.
Paman Birin pun bersyukur pada kesempatan kegiatan Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) di Indragiri Hilir, Riau berkesempatan ke makam ulama besar kelahiran Dalam Pagar, Martapura.
Rasa syukur Paman Birin ini mengingat Tuan Guru Sapat ini memang diakui memiliki daya tarik religius yang sangat kuat. Tidak hanya diperingati haulnya setiap tahun oleh masyarakat, namun di hari-hari biasanya juga terus didatangi oleh jamaah atau wisatawan dari berbagai pelosok nusantara hingga negara tetangga.
Pada ziarah makam itu, Paman Birin beserta rombongan memanjatkan doa kepada Allah SWT yang dipimpin Guru Supian Al Banjari untuk keberkahan Banua dan Indonesia.
Pada ziarah itu pula, Paman Birin menyempatkan silaturahmi dengan warga sekitar makam Tuan Guru Sapat.
Syekh Abdurrahman Siddiq adalah seorang ulama asal Banjar keturunan ulama besar dari Kalsel bernama Syekh Arsyad Al-Banjari yang merupakan anak dari Muhammad Afif Bin Khadi H Mahmud dan Shafura.
Ulama yang akrab dengan sebutan Tuan Guru Sapat ini sudah dikenal di mana-mana bahkan sampai di Mekah, karena ia juga menjadi pengajar di Masjidil Haram dan memiliki murid yang tersebar sampai ke Singapura, Malaysia, Jambi, Palembang dan Kalimantan.
Tuan Guru Sapat sudah menetap di Sapat, Kecamatan Kuindra, Inhil sejak sekitar tahun 1890-an hingga wafat.
Saat mengunjungi makam Syekh Abdurrahman Siddiq Tuan Guru Sapat ini terasa sekali nuansa religinya. Walaupun bangunannya biasa saja dengan dikelilingi kawasan yang relatif sepi, namun, jika kita tahu sejarah dan nama besar dari Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari, tentunya akan sangat bernilai bisa mengunjungi bukti sejarah ulama besar di Kerajaan Indragiri tersebut.
Tuan Guru Sapat juga merupakan Mufti kerajaan Indragiri atau ahli agamayang ditugaskan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam khususnya dalam hal perkawinan, mawaris pengadilan dan perceraian yang ditunjuk langsung oleh Sultan Indragiri.
Sebelum menetap di Sapat, tuan guru yang pernah memperdalam ilmu di Mekah selama 7 tahun ini, sempat merantau ke Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dan menjalankan usaha sebagai penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok-pelosok Sumbar.
Tuan guru juga pernah di Bangka Belitung sesaat setelah dirinya sampai di Kalimantan sepulang dari menuntut ilmu di Mekah, atas izin dari birokrasi pendidikan Mekah, Tuan Guru Sapat kembali ke tanah air dengan alasan ingin mengabadikan ilmu yang didapat di kampung halaman.
Meskipun kini dirinya telah tiada, namun karya-karyanya yang berbentuk kitab seperti jadwal sifat dua puluh, sittin masalah dan Jurumiah, asrarul shalah min’iddatil kutubi al mu’tamadah, syair ibarat dan kabar kiamat, serta banyak lainnya lagi yang saat ini masih menjadi literasi di banyak pusat pusat pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasah .
Ещё видео!