Budaya adu muncang atau kemiri warisan secara turun temurun hingga saat ini masih dilestarikan sebagian warga Sumedang, Garut dan Tasik.
Muncang adalah bahasa Sunda dari biji kemiri, jadi ngadu muncang adalah mengadu biji kemiri, tentunya mengadu kekuatan. Ngadu muncang adalah permainan tradisional di daerah Sunda dan sekitarnya.
Sumedang memiliki kisah sejarah tersendiri berkaitan dengan adu muncang ini, di mana pada masa kerajaan dulu ngadu muncang adalah salah satu ajang untuk unjuk kesaktian. Pada suatu ketika, senapati Sumedang beradu kekuatan dengan senapati Mataram dalam ngadu muncang. Senapati Sumedang memenangkan pertandingan dan memperoleh hadiah berupa seperangkat gamelan yang kini disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun. Gamelan tersebut bernama Gamelan Sari Oneng Mataram, sekarang gamelan tersebut menjadi gamelan bersejarah dan menjadi salah satu perangkat gamelan tertua di Indonesia.
Pada praktiknya, ngadu muncang dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang milik dua pemain secara vertikal lalu di atasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua orang sehingga posisi dua muncang terjepit. Muncang yang disusun untuk diadu diposisikan agar bagan yang terkuat saling berhadapan untuk diadu, setelah muncang terjepit dan posisinya tidak berubah bambu atau besi penjepitnya dipukul oleh benda keras. Muncang yang pecah ialah yang kalah.
#KrisnaEuy #AduMuncang
Ещё видео!