*TRADISI RUWATAN SENGKOLO LAN SUKERTO *KAMPUNG SUMBER REJO KEMILING - BANDAR LAMPUNG
Tradisi Ruwatan adalah salah satu bentuk upacara atau ritual penyucian baik diri sejatinya diri ataupun objek lainnya yang hingga saat ini tetap dilestarikan di Kelurahan Sumber Rejo Kemiling, Bandar Lampung. Tradisi ini untuk melestarikan ajaran dari Wali Allah, Kanjeng Sunan kalijaga dan digunakan bagi orang yang memiliki Sengkolo ataupun Nandang Sukerta atau berada dalam dosa.
Meruwat bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan batin dengan cara mengadakan sesaji, do'a bersama ataupun dengan suatu pertunjukan atau ritual ritual lainnya. Umumnya ritual tersebut menggunakan media Wayang Kulit yang mengambil tema atau cerita Murwakolo. Istilah Ruwat berasal dari istilah Ngaruati yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara.
Dalam Bahasa Jawa, ruwat sama dengan kata luwar yang artinya lepas atau terlepas. Seorang Dalang bertanggungjawab atas kesialan serta kemalangan karena orang yang diruwat sudah menjadi anak si Dalang.Dari cerita pewayangan ini, Masyarakat Jawa meyakini bahwa tradisi ruwatan sangat penting untuk mereka yang menginginkan keselamatan.
Tradisi ruwatan tidak terlepas dari pertunjukan wayang yang menceritakan tentang Murwa Kala yang menjadi muasal sejarah tradisi tersebut. Karena untuk melaksanakan pertunjukan wayang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tradisi ngruwat biasa dilakukan secara bersama-sama dalam lingkup pedukuhan, desa atau kelurahan.
Dalam konteks zaman sekarang, banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil dari tradisi ruwatan. Jika dalam ruwatan seseorang yang akan diruwat membutuhkan dalang yang ahli dalam bidang ruwat, maka untuk membersihkan diri kita dapat memulainya dari diri kita sendiri. Menjadi pribadi yang berkepribadian luhur serta menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma di lingkungannya secara tidak langsung mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan atau masyarakat di sekitarnya
Tradisi ruwatan mempunyai makna filosofis dalam tahapan prosesi upacaranya, antara lain : 1. prosesi siraman secara filosofis mengandung nilai pembersih badan agar manusia yang diruwat dengan menggunakan air terdiri atas kembang kenanga, kembang melati, dan kembang mawar.
2. Sesaji dan selamatan secara filosofis memiliki nilai agar orang yang diruwat dalam keadaan selalu selamat
3. Nilai filosofis yang terkandung dalam upacara penyerahan sarana adalah memberikan perlindungan terhadap orang yang tergolong sukerta.
4. Upacara potong rambut memiliki nilai filosofis yaitu bahwa segala yang kotor harus dipotong dan dibuang.
5. Nilai filosofis dalam tirakatan merupakan ungkapan rasa syukur dan ungkapan rasa terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan anugerahnya.
6. Wayang juga membawa makna filosofis bagi kehidupan manusia. Manusia pada umumnya menginginkan kebaikan, maka kisah wayang itu banyak yang bisa masuk sampai ke hati.
Makna wayang dalam ruwatan juga membawa makna kehidupan. Pelaksanaan ruwatan ini ada hubungannya dengan makna dari kesucian jiwa dan raga dalam kepercayaan masyarakat jawa. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan ruwatan harus melaksanakan puasa dan tapa brata ( ngelakoni tapa ).
Kesucian jiwa raga adalah mencapai ketenteraman dan kesucian lahir dan batin. Selain itu juga mencapai kehidupan yang lebih baik dan suci lahir batin. Pelaksanaan ruwatan juga bermakna untuk mencapai tujuan hidup manusia Jawa tersimpul dalam unen-unen, mati sajroning urip, urip sajroning pejah artinya bahwa yang hidup tetap hidup tetapi yang mati adalah nafsu lahirnya.
Unen-unen ini mengandung pesan bahwa hidup manusia hendaknya bisa mengendalikan hawa nafsu. Orang yang tidak bisa menguasai nafsu berarti mati. Sebaliknya jika orang hidup tanpa nafsu adalah mati juga. Hidup manusia itu silih berganti seperti halnya perputaran roda.
Dalam prosesi tradisi ruwatan, ada sejumlah syarat yang harus dilakukan, yakni menyediakan peralatan ruwat, sajian, atau mantera yang dijadikan sarana untuk menjembatani komunikasi antara manusia dengan kekuatan penyelamat yang diinginkan.
Tradisi ruwatan ini digelar bertepatan dengan Tahun baru Islam Rabu Legi, Tanggal 1 Suro 1445 H. Ritual ini sendiri memiliki tujuan sebagai sarana pembebasan atau penyucian manusia atas dosa dan kesalahannya yang berdampak kesialan didalam hidupnya.
Makna dari Ruwatan adalah meminta dengan sepenuh hati agar orang yang diruwat ataupun suatu kampung dapat lepas dari petaka dan memperoleh keselamatan. Oleh sebab itu, upacara Ruwatan dilakukan untuk melindungi dari segala macam bahaya yang ada di dunia.
Sampai saat ini, tradisi Ruwatan masih dipercayai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai kearifan lokal, sekaligus melestarikan adat istiadat yang sudah turun-temurun dilakukan khususnya oleh masyarakat Jawa.
Salam Rahayu, Sagung Dumadi ; Kisamiaji
#kretekkisamiaji #AkiSamiaji
#KiSamiajiOfficial
KONSULTASI VIA WA ;
HP ; 081274415996
Ещё видео!