Sitti Nurbaya merupakan novel karya Marah Rusli
Awal Abad ke-20 di Padang, Samsul Bahri dan Sitti Nurbaya merupakan anak dari bangsawan Sutan Mahmud Syah dan Baginda Sulaiman. Mereka tetangga dan teman satu kelas saat masih remaja.
Mereka mulai jatuh cinta, tetapi hanya bisa mengakui hal tersebut setelah Samsul Bahri mengaku bahwa dia hendak ke kota Batavia (sekarang Jakarta) untuk melanjutkan pendidikannya.
Sementara, Datuk Maringgih, yang iri atas kekayaan Sulaiman dan mengkhawatirkan persaingan bisnis, berusaha untuk menjatuhkannya. Anak buah Datuk Maringgih menghancurkan hak milik Sulaiman, yang membuatnya menjadi bangkrut dan terpaksa meminjam uang dari Datuk Maringgih. Sulaiman yang tidak dapat melunasi utang kepada Datuk Maringgi pun dihadapkan kepada dua pilihan sulit, menyerahkan Sitti Nurbaya untuk menjadi istri Datuk Maringgi atau menyerahkan dirinya sendiri sebagai tahanan. Terdorong oleh rasa sayang kepada ayahnya, Sitti Nurbaya yang sudah tidak beribu sejak masih kanak-kanak itu pun terpaksa menyerahkan diri kepada Datuk Maringgi.
Dalam suatu surat kepada Samsul Bahri, Sitti Nurbaya menyatakan bahwa mereka tidak dapat bersama lagi. Namun, setelah muak dengan watak Datuk Maringgih yang kasar itu, Sitti Nurbaya melarikan diri ke Batavia supaya bisa bersama Samsul Bahri.
Setelah sampai di Batavia, mereka akhirnya menjalin cinta kembali. Pelarian Sitti Nurbaya tidak berjalan mulus, Datuk Maringgih kembali melancarkan rencana jahatnya dengan menuduh Sitti Nurbaya membawa hartanya ke Jakarta. Sitti Nurbaya akhirnya harus kembali ke Padang untuk menyelesaikan tuduhan tersebut.
Sekembalinya Sitti Nurbaya ke Padang, Datuk Maringgih pun melancarkan rencana jahatnya dan membunuh Sitti Nurbaya dengan cara meracuninya. Mendapati kekasihnya meninggal, gairah hidup Samsul Bahri pun lenyap, dia pun berusaha bunuh diri dengan menggunakan pistol, namun tidak berhasil.
Samsul Bahri kemudian mengganti namanya menjadi Mas kebalikan dari Sam, nama panggilan Samsul Bahri dan bergabung menjadi prajurit kolonial. Oleh karena tidak memiliki alasan untuk hidup sebab wanita yang dicintainya (Ibunya dan Sitti Nurbaya) telah meninggal, dia pun tidak mempedulikan keselamatan. Setiap ditugaskan ke medan perang, Samsul Bahri berharap bisa mati, sehingga dapat bergabung dengan Ibunya dan Sitti Nurbaya di alam kubur. Namun sayang, usaha "bunuh diri" Samsul Bahri tidak tersampaikan, dia justru berhasil mengalahkan musuh musuhnya sehingga dipandang sebagai prajurit berprestasi dan mendapat pangkat letnan.
Sepuluh tahun pasca kematian Sitti Nurbaya, Datuk Maringgih memimpin suatu revolusi melawan pemerintah Hindia Belanda sebagai wujud protes atas kenaikan pajak. Samsul Bahri ditugaskan ke Padang untuk menumpas Datuk Maringgih.
Dalam peperangan ini, Samsul Bahri menemukan dan membunuh Datuk Maringgih, tetapi dia sendiri terluka berat. Setelah Samsul Bahri berhasil bertemu dengan ayahnya dan memohon maaf, akhirnya Sasmsul Bahri meninggal.
Selamat Mendengarkan...
Ещё видео!