Sejalan dengan bertambahnya jumlah investor dalam sebuah startup, kepemilikan saham dari pendiri utama akan terdilusi secara perlahan. Di awal2 ronde pendanaan (Seed, Seri A), mungkin kepemilikan pendiri masih bisa di atas 50%, tapi ketika sudah masuk babak pendanaan besar (Seri B,C,D) kemungkinan besar pendiri menjadi minoritas di dalam perusahaan.
Suara pendiri menjadi tidak kuat, keputusan terakhir semua berada di pemegang saham mayoritas yang bergandengan tangan. Ini adalah alasan mengapa terkadang ada perusahaan besar yang melakukan aksi korporasi yang di luar kendali dari pendiri utama misalnya merger ataupun akuisisi terhadap suatu perusahaan yang mau diselamatkan, karena ada investor yang juga investasi di perusahaan tersebut.
Mark Zueckerberg, pemilik Facebook, memiliki saham di bawah 15% tapi kekuatan votingnya di atas 50%. Arahan perusahaan masih berada di bawah kontrolnya. Memberikan pendiri 'super vote' ada baiknya ada buruknya. Baiknya adalah jika pendirinya memang mengutamakan kepentingan perusahaan, punya visi besar dan integritas tinggi. Buruknya adalah bisa terjadi hal2 yang merugikan perusahaan seperti kasus WeWork dimana pendiri utamanya membeli properti2 atas nama pribadi yang disewakan ke perusahaannya di harga mahal.
Di Indonesia, salah satu pertimbangan yang bisa dipikirkan adalah untuk mengalokasikan saham tanpa hak suara, jadi ga semua pemegang saham memiliki suara di dalam perusahaan. BEI bersama dengan OJK juga sedang menggodok Saham Hak Suara Multipel (SHSM) agar pendiri (atau orang kunci) bisa memiliki suara signifikan walaupun sahamnya secara persentase minoritas.
----------------
Tertarik untuk belajar ilmu Pak Win?
Daftar lewat: www.asahpolapikir.com
Tertarik untuk beli buku dari Pak Win?
Beli lewat: www.asahpolapikir.com/multifocus
Instagram Pak Win: [ Ссылка ]...
Instagram Asah Pola Pikir: [ Ссылка ]
Tiktok Asah Pola Pikir: [ Ссылка ]
Ещё видео!