Harmoni Lombok Barat tergambar dalam rangkaian ritual budaya dan keagamaan "Pujawali & Perang Topat".
Tradisi Perang Topat menggambarkan kerukunan umat beragama di Lombok. Perang Topat dilakukan oleh dua suku serta agama, yakni suku Sasak beragama Islam, dan Suku Bali penganut agama Hindu.
Tradisi ini dilakukan di dalam kawasan Pura Lingsar. Masyarakat selalu menggelar ritual Perang Topat pada hari ke-15 bulan ketujuh pada penanggalan Suku Sasak Lombok.
Sebelum prosesi Perang Topat dimulai, umat Hindu terlebih dahulu melakukan upacara sembahyangan yang disebut "Pujawali". Menjelang Raraq Kembang Waru atau bunga waru gugur, dilakukan ritual " Medaq Pesaji" yakni mengelilingkan sesajian yang terdiri dari makanan, buah-buahan, dan sejumlah hasil bumi, kebon odek, botol momot, dan topat sebagai sarana persembahyangan di Purwadaksina yang berada di kawasan bangunan kemaliq.
Prosesi ini diikuti oleh kedua unat beserta seluruh tokoh, baik dari Hindu Bali maupun Islam Sasak diiringi oleh gamelan dan gendang beleq. Kedua umat kemudian berkumpul pada masing-masing titik yang telah ditentukan. Umat Hindu berkumpul di halaman Pura Gaduh, sedangkan umat Islam di halaman bangunan Kemaliq.
Perang Topat dimulai ketika tokoh yang dihormati kedua kubu, melemparkan ketupat secara simbolis untuk pertama kalinya, lalu diikuti yang lain.
Ещё видео!