TRIBUN-VIDEO.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan kini menjadi sorotan lagi.
Ia baru saja diberi tugas baru oleh Presiden Jokowi untuk menangani sengkarut minyak goreng.
Diketahui beberapa waktu terakhir, harga minyak melonjak hingga stoknya di sejumlah daerah masih langka.
Soal tugas baru tersebut disampaikan langsung oleh Luhut dalam pembukaan acara perayaan puncak Dies Natalis ke-60 GAMKI secara virtual pada Sabtu (21/5/2022).
Luhut langsung banjir kritik lantaran bukan pertama kalinya ia ditunjuk untuk mengemban jabatan lain di pemerintahan, di luar kursi menteri.
Mulai dari Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ketua Dewan Pengarah Penyelamatan Danau Nasional, Ketua Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, hingga Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Seluruhnya dipercayakan Jokowi pada Luhut.
Dengan sederet jabatan tambahan itu, Luhut kemudian dinilai sebagai menteri superior hingga menteri segala urusan.
Meski begitu, sejumlah pihak memandang, jabatan yang diborong Luhut itu tak lepas dari rasa kepercayaan Jokowi yang besar pada sosok purnawirawan Kopassus TNI AD ini.
Dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/5/2022), kedekatan antara Luhut dan Jokowi sudah terjalin sejak 14 tahun silam.
Peneliti Lowy Institute, Aaron L Connelly, dalam jurnalnya yang berjudul Indonesia Foreign Policy Under President Jokowi menyebutkan, Luhut dan Jokowi saling mengenal pada tahun 2008.
Saat itu, Luhut sedang mencari pihak yang bisa mengubah kayu mentah dari konsesi hutan miliknya di Kalimantan menjadi produk jadi.
Luhut kemudian dikenalkan dengan Jokowi, eksportir furnitur yang saat itu baru terpilih menjadi Wali Kota Solo.
Mulai saat itulah, kerjasama bisnis antara keduanya terjalin.
Kemudian Luhut dan Jokowi semakin dekat hingga ia disebut menjadi penasihat politik Jokowi.
Saat itu Luhut sudah menjadi petinggi Partai Golkar.
Luhut juga disebut menjadi "orang belakang" Jokowi yang mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu maju di Pemilu Presiden (Pilpres) 2014.
Bahkan, kala itu Luhut rela mundur dari Partai Golkar demi mendukung pencalonan Jokowi sebagai presiden.
Sebab, pada Pilpres 2014, Golkar mendukung pencalonan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
"Ketika Golkar bergabung dengan Gerindra, saya sudah pamit secara baik-baik kepada Ketua Umum Golkar. Secara perorangan, dan didukung sejumlah purnawirawan, tokoh masyarakat, untuk tetap menjadi pendukung Jokowi," kata Luhut, (20/5/2014).
Hengkang dari Golkar, Luhut langsung masuk ke barisan tim pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla di Pilpres 2014 dan menjabat sebagai pengarah tim pemenangan.
Terkait banyaknya jabatan yang dipercayakan ke Luhut, Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai, hal itu tak lepas dari sejarah kedekatan keduanya.
Ia menambahkan, wajar jika saat ini Jokowi merasa bahwa sosok Luhut bisa diandalkan untuk mengatasi hambatan (debottlenecking) di birokrasi.
Sementara itu, Pengamat politik dari Nusakom Pratama Institut Ari Junaedi mengatakan, keputusan Jokowi ini sebenarnya tidak baik secara manajemen birokrasi.
Hal ini karena pekerjaan yang bertumpuk pada satu orang tak akan maksimal dikerjakan.
(Tribun-Video.com/Kompas.com)
Video Editor: Dyah Ayu Ambarwati
Host: Ratu Sejati
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Kedekatan Luhut dan Jokowi: Dipertemukan Bisnis, "Bersahabat" di Pemerintahan", Klik untuk baca: [ Ссылка ].
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Fitria Chusna Farisa
Ещё видео!