Inilah Sejarah Taifib, dari Kipam ke Intai Amfibi
Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib)
Salah satu unsur penting dalam Korps Marinir adalah adanya pasukan elit yang sering disebut sebagai Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib). Batalyon ini merupakan satuan elit dalam Korps Marinir seperti halnya Kopassus dalam jajaran TNI Angkatan Darat.
Dengan
mengusung semboyan Maya Netra Yamadipati yang berarti “datang senyap, beraksi dengan senyap, dan bahkan saat pergi pun tetap dalam kondisi senyap," satuan Taifib dipersiapkan di tiga media yakni darat, laut dan udara.
Dikutip dari Almanak Reformasi Sektor Keamanan Indonesia 2009 yang diterbitkan Lembaga Studi Pertahanan dan
Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), pada awalnya satuan ini dikenal dengan nama KIPAM
atau Komando Intai Para Amfibi.
Untuk menjadi anggota Yon Taifib, calon diseleksi dari prajurit Marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun.
Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan intai amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat sejauh 3 km. Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk kedalam Detasemen Jala Mangkara atau Denjaka,
pasukan elitnya TNI Angkatan Laut.
Sejak berdirinya KKO AL setiap penugasan dirasakan perlunya data-data intelijen, serta pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang tidak dapat dikerjakan oleh satuan biasa dalam rangka keberhasilan tugas.
Menjawab kebutuhan
tersebut, pada tanggal 13 Maret 1961 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komandan KKO AL Nomor 47/KP/KKO/1961 tanggal 13 Maret 1961, tentang pembentukan KIPAM. Pada tanggal 13 Maret 1961, KIPAM berdiri dibawah Yon Markas Posko Armatim I.
Pada tanggal 25 Juli 1970 KIPAM berubah menjadi Yon Intai Para Amfibi. Tanggal 17 November 1971 Yon Intai Para Amfibi berubah menjadi Satuan lntai Amfibi, pada akhirnya berubah menjadi Batalyon Intai Amfibi atau disingkat Yon Taifib Mar dibawah Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir (Menbanpurmar).
Seiring dengan perkembangan Korps Marinir dengan peresmian Pasmar I
SK KASAL Nomor Skep/08/111/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang Yon Taifib Marinir tidak lagi di bawah Menbanpurmar, akan tetapi langsung berada di bawah Pasmar.
Melihat lingkup penugasan serta kemampuannya, akhirnya Yon Taifib secara resmi disahkan menjadi Pasukan Khusus TNI AL. Hal ini sesuai dengan SK KASAL Nomor Skep/1857/XI/2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pemberian Status Pasukan Khusus kepada Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) Korps Marinir.
Seiring dengan pemekaran postur TNI AL, dibentuk Pasukan Marinir (Pasmar) II menyusul keberadaan Pasmar I. Maka secara otomatis terdapat 2 Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) yakni Yon Taifib 1 Pasmar I di Kesatrian Karang Pilang, Surabaya, dan Yon Taifib 2 Pasmar II di Kesatrian Brigade Infanteri 2 Marinir, Cilandak, Jakarta.
Yon Taifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan tugas TNI AL atau tugas-tugas operasi lainnya.
Adapun karakteristik yang menonjol dari prajurit Yon Taifib adalah sebagai berikut, pertama dihasilkan melalui seleksi yang ketat, berasal dari prajurit Marinir pilihan yang mempunyai kemampuan fisik prima, serta mempunyai tingkat psikologi standar Pasukan Khusus sesuai tuntutan.
Kedua, rasio pasukan Yon Taifib selalu jauh lebih kecil dari pasukan biasa atau reguler, karena dalam tugas-tugas khusus dituntut kecepatan, kerahasiaan yang tinggi, keakuratan, keuletan, disiplin lapangan serta keberhasilan tugas.
Ketiga, dididik dengan ketat dan keras melalui beberapa tahap, dimana setiap tahapan yang dibuat untuk mengukur tingkat kesiapan siswa dan melanjutkan proses penggemblengan untuk menjadi calon prajurit Taifib. Keempat, dilatih secara khusus mengikuti program yang ketat dengan tingkat resiko yang tinggi. Hal tersebut tergambar dalam program berupa pembinaan yang keras, pembinaan mental dengan tingkat stressing yang tinggi, pembinaan berbagai keterampilan khusus yang dikondisikan seperti dalam tugas sebenarnya.
Latihan-latihan tersebut meliputi kemampuan dalam aspek yang harus dilaksanakan, yaitu di laut, darat dan udara. Kelima, mempunyai kemampuan melaksanakan tugas secara berdiri sendiri, dari induk pasukan dalam artian mampu melaksanakan survival secara tim maupun perorangan, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mampu mengatasi tekanan mental di daerah penugasan, kemampuan infiltrasi dan eksfiltrasi ke atau dari daerah musuh melalui media, antara lain free fall dengan sistem HALO (High Altitude Low Opening) dan HAHO (High Altitude High Opening), STABO (Stabilized Tactical Airbone Operation)/SPIE, berenang, menyelam, serta salah satu kemampuan bawah air atau combat swimmer melalui peluncur torpedo kapal selam.
Ещё видео!