#pasirputih #wisata_pantai#pantai
Kondisi geografis Biak
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten tua yang ada ditanah Papua. Fakta sejarah terungkap, pemerintahan Biak pertama kali berdiri pada 17 Juli 1918 di Bosnik yang ketika itu masuk dalam wilayah Afedling Nieunea Utara Keresidenan Ternate dan sekitarnya. Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama yang dipakai untuk menamakan Kepulauan Biak-Numfor adalah Schouten Eilanden, menurut nama orang Eropa pertama berkebangsaan Belanda, yang mengunjungi daerah ini pada awal abad ke 17. Kabupaten ini berada di gugusan pulau yang menjadikannya sebagai salah satu tempat strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar, sebelah utara daratan Papua dan berseberangan dengan Samudera Pasifik. Posisi strategis tersebut berpotensi untuk industri pariwisata. Biak Numfor terletak pada titik 0°21′-1°31′ LS, 134°47′-136°48′ BT dengan ketinggian 0 – 1.000 meter di atas permukaan laut diteluk Cendrawasih. Terdiri dari dua pulau kecil, Pulau Biak dan Pulau Numfor sedangkan pulau-pulau yang lain lebih kecil lagi.
Tanah di Biak tak lepas dari kondisi cuacanya. Suhu udara rata‐rata di wilayah Kabupaten Biak Numfor adalah 27,1 C dengan kelembaban udara rata‐rata 86,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah Kabupaten Biak Numfor termasuk kategori panas. Hal ini juga dapat dilihat dari suhu udara minimum sekitar 24,5oC sementara suhu maksimum mencapai 30 C.Sementara itu, banyaknya hari hujan rata‐rata dalam satu bulan di Kabupaten Biak Numfor adalah 24 hari. Sementara pantauan rata‐rata kecepatan angin setiap bulan masih tergolong normal yaitu 3,7 knots dan tekanan udara sebesar 1.007,1 mba.
Kembali ke sejarah Biak. Salah satu versi menyebutkan bahwa nama Biak berasal dari kata v`iak itu yang pada mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Pendapat lain, berasal dari keterangan ceritera lisan rakyat berupa mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat meninggalkan Pulau Warmambo (nama asli Pulau Biak) untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau Warmambo hilang dari pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo tampak di atas permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga sekarang nama itulah yang tetap dipakai.
Ещё видео!