Kota Madyan dipilih sebagai kota tujuan adalah atas petunjuk dari Allah swt. Nasab antara orang Bani Israil dengan penduduk Madyan masih bersambung. Madyan berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s., sedangkan Bani Israil dari keturunan Nabi Ya’qub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim a.s.
Musa juga mengisahkan tentang Firaun dan kaumnya yang kufur, sewenang-wenang, dan zalim kepada Bani Israil. “Jangan takut dan tenanglah. Perbaiki dirimu. Sungguh engkau telah selamat dari kekuasaan yang zalim dan engkau telah keluar dari kerajaan mereka. Tidak ada raja seperti mereka di negara kami.” Kata Syuaib menenangkan Musa setelah mendengar kisah-kisahnya yang membuatnya cemas.
Tiba-tiba Shafura’ berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah ia untuk menggembala kambing ini. Sungguh ia adalah pekerja yang paling baik karena ia kuat untuk menjaga binatang ternak dan mengurusnya. Ia pun dapat dipercaya yang tidak perlu dikhawatirkan akan berbuat khianat.”
“Apa yang kamu tahu tentangnya.” Tanya Syuaib kepada Shafura’ yang sangat yakin Musa seorang yang kuat dan amanah.
“Ia mampu mengangkat batu yang besar ayah. Padahal, batu itu hanya mampu diangkat oleh sepuluh orang laki-laki.”
“Ketika mendatanginya dan mengajaknya ke rumah memenuhi panggilan ayah, aku berada di depannya. Lalu ia berkata kepadaku, “Berjalanlah di belakangku. Jika aku salah jalan, maka lemparkanlah krikil ke jalan yang benar sebagai petunjukku.”
Setelah mendengar penjelasan putrinya itu, ternyata Syuaib tidak hanya akan memperkerjakan Musa. Syuaib memiliki rencana lebih dari itu. Syuaib ingin menikahkan salah satu putrinya dengan pemuda shalih di hadapannya.
“Aku ingin menjadi mertuamu dan menikahkanmu dengan salah satu putriku ini. Pilihlah yang kamu inginkan. Mereka adalah Shafura dan Liya. Maharnya adalah engkau menggembala kambingku selama delapan tahun. Jika kamu rela ditambah dua tahun maka itu hakmu. Jika tidak, maka delapan tahun sudah cukup. Aku tidak akan membebanimu setelah itu. Insya Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang yang baik dan lembut dengan tamu.”
Dengan penuh rasa ta’dzim, Musa pun memilih putri sulung Syuaib; Shafura’ dan memilih menyempurnakan waktu pengabdiannya selama sepuluh tahun sebagai maharnya.
“Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.” Kata Musa
Sepuluh tahun kemudian, Musa kembali ke kota kelahirannya; Mesir. Di tengah perjalanannya, Allah swt. mengutusnya menjadi seorang rasul. Wa Allahu a’lam bis shawab.
[Sumber: Surah Al-Qashah ayat 22-28 dan Kitab At-Tafsir Al-Munir karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili juz 20, halaman 79-93, Maktabah Syamilah].
Jangan lupa:
SUBSCRIBE
--------------------
LIKE
--------------------
COMENT
---------------
SHARE
-------------------
#KISAHNABI #MADYAN #SUMURNABIMUSA
Ещё видео!