Misteri Lorong Kosong di Kampung Bu Sumirah
Kampung Bu Sumirah dikenal dengan keindahan dan ketenangannya. Berada di pinggiran kota, kampung ini dikelilingi oleh sawah yang menghijau dan jalan setapak kecil yang dipenuhi pepohonan rindang. Angin yang berhembus membawa aroma tanah basah, khas daerah pedesaan Indonesia. Setiap pagi, suara ayam berkokok dan dentingan alat-alat dapur menjadi tanda kehidupan yang berjalan dengan sederhana namun damai.
Namun, di balik ketenangan itu, ada satu tempat yang selalu dibicarakan dengan nada pelan, hampir berbisik—lorong gelap di ujung kampung. Penduduk setempat menyebutnya Lorong Kosong, jalan sempit yang diapit oleh tembok tinggi dari dua rumah tua. Lorong itu gelap, bahkan di siang hari. Tidak ada lampu jalan, dan pohon-pohon besar di sekitarnya membuatnya semakin terlihat suram.
Bu Sumirah, seorang perempuan paruh baya yang menjadi pemilik kos terkenal di kampung itu, selalu memberi peringatan tegas kepada setiap penghuni barunya: “Jangan pernah melewati lorong itu setelah gelap. Tidak peduli seberapa terpaksa kamu, cari jalan lain.” Namun, alasan di balik larangan itu selalu diselimuti misteri.
Fitri, seorang mahasiswa baru, baru saja pindah ke kos Bu Sumirah. Gadis itu berasal dari kota kecil di Jawa Tengah dan mengambil jurusan Sastra di universitas terkemuka yang jaraknya sekitar dua kilometer dari kampung itu. Penampilannya sederhana, dengan rambut hitam yang sering diikat ekor kuda. Ia tipikal anak muda yang berusaha keras menyesuaikan diri di lingkungan baru.
Hari pertama di kos terasa menyenangkan. Bu Sumirah menyambut Fitri dengan ramah, menawarkan teh hangat dan camilan khas kampung seperti pisang goreng dan getuk. Namun, saat malam tiba, suasana kos berubah. Dinding kayu tua memantulkan suara langkah kaki setiap kali seseorang berjalan di lorong. Fitri juga mendengar bunyi pintu kamar yang berderit, meskipun ia yakin sudah menutupnya rapat.
Malam kedua, Fitri mulai merasa penasaran dengan lorong yang disebut-sebut terlarang itu. Ia bertanya pada Sari, penghuni kos lain yang sudah tinggal di sana lebih dari enam bulan.
“Apa yang sebenarnya ada di lorong itu, Kak?” tanya Fitri sambil menyeruput teh hangat di ruang tengah.
Sari, yang sedang memotong kuku, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Ia menoleh perlahan ke arah Fitri, matanya menunjukkan rasa waspada. “Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan coba-coba cari tahu. Banyak cerita aneh soal lorong itu. Katanya, ada penghuni kos dulu yang nggak pernah balik setelah lewat sana.”
Fitri tertawa kecil, mencoba mengabaikan rasa ngeri yang mulai merayap di dadanya. “Masa sih? Jangan-jangan cuma mitos buat nakutin penghuni baru kayak aku.”
“Percaya nggak percaya, itu terserah kamu. Tapi kalau aku boleh saran, ikuti aja aturan Bu Sumirah,” balas Sari sambil bangkit dan masuk ke kamarnya.
#ceritahoror #ceritamisteri #kisahhoror
cerita horor,cerita hantu seram,cerita horor pendaki,pendakian horor,perjalanan horor,tumbal pesugihan,arwah tumbal pesugihan,pesugihan,hutan angker,jalan angker,gunung angker,cerita gunung,hantu,cerita hantu,cerita mistis,cerita seram,pendaki mistis,cerita pendaki,pengalaman horor,pengalaman mistis,teror,mahluk halus,cerita hantu nyata,gunung berhantu,kisah horor,kisah mistis,kisah seram,kisah nyata,horor .
.
.
Disclaimer:
Cerita ini merupakan karya fiksi yang dirancang semata-mata untuk hiburan. Nama, tempat, dan peristiwa yang ada dalam cerita ini adalah hasil imajinasi penulis. Jika terdapat kemiripan dengan kejadian nyata atau tokoh tertentu, hal tersebut hanya kebetulan. Beberapa bagian cerita mungkin kurang sesuai untuk anak-anak atau pembaca yang sensitif. Harap membaca dengan kebijaksanaan dan kenyamanan Anda.
Ещё видео!