Ini 18 peristiwa penting dari tanggal 6 hingga 14 September 1965 sebelum G30S PKI meletus yang dikutip dari buku,"Kronik '65: catatan hari per hari peristiwa G30S sebelum hingga setelahnya (1963-1971) yang disusun Kuncoro Hadi dan kawan-kawan.
Peristiwa penting pertama, pada 6 September 1965, seperti dicatat Kuncoro Hadi dan kawan-kawan dalam buku yang disusunnya, di Rembang, Jawa Tengah, bioskop Lasem melarang total pemutaran film-film Amerika Serikat. Tindakan itu diambil sebagai realisasi persetujuan Front Nasional dan Pancatunggal Lasem kepada delegasi- delegasi Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), dan Pemuda Rakyat.
Aksi pemboikotan merupakan aksi lanjutan dari aksi-aksi boikot film Amerika Serikat yang juga terjadi di sejumlah daerah. Lalu pada tanggal yang sama, sekira 4000 demonstran merangsek dan merusak kedutaan India di Jakarta. Para pejabat kedutaan Amerika menduga demonstrasi ini digerakkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari kampanye propaganda anti-Amerika Serikat. Namun para pejabat Amerika tidak menjelaskan mengapa kedutaan India menjadi sasaran demonstran.
Peristiwa penting kedua, masih pada 12 September 1965, pada pukul 20.00 WIB, dilaksanakan rapat pertama untuk melancarkan aksi melawan "Dewan Jenderal" yang dilakukan di rumah Kapten Wahjudi, Komandan Artileri Serangan Udara (ARSU), di Jalan Sindanglaya, Jakarta. Rapat ini dihadiri oleh Kolonel Latief, Letnan Kolonel Untung, Mayor Agus Sigit, Kapten Wahjudi, Mayor Udara Sujono dan Sugito atau Sjam Kamaruzaman Rapat ini membahas mengenai persiapan gerakan. Pertemuan yang kemungkinan dihadiri pula oleh Pono selaku dari Biro Khusus PKI.
Rapat ini diyakini sebagai rapat gabungan pertama antara tokoh dari anggota Biro Khusus Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para perwira militer yang berpikiran revolusioner. Rapat koordinasi ini merupakan rapat persiapan di mana Sjam meminta kesedian semua yang hadir hari itu untuk hadir lagi pada rapat berikutnya.
Peristiwa penting ketiga, pada 7 September 1965, pengunjuk rasa melakukan penyerangan serta perusakan di konsulat Amerika Serikat di Surabaya. Para pejabat kedutaan Amerika Serikat menduga aksi tersebut didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peristiwa penting keempat, pada 8 September 1965, Letkol Maniso melanjutkan pertemuan dengan Wirjoatmodjo di rumah Wirjoatmodjo. Dalam pertemuan itu dibahas instruksi dari Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI) yang disampaikan sendiri oleh Wirjoatmodjo. Instruksi itu mengatakan agar di daerah Sumatera Utara dibentuk Group Komando yang beranggotakan 6 orang, terdiri dari simpatisan PKI dalam tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Selain itu diinstruksikan juga membentuk Dewan Revolusi Sumatera Utara yang beranggotakan kurang lebih 20 orang yang terdiri dari anggota-anggota dan simpatisan PKI di kalangan ABRI ditambah tokoh-tokoh PKI bersama ormas-ormasnya dan partai-partai yang mendukung PKI. Dalam membentuk Dewan Revolusi dan Group Komando, mereka diinstruksikan menghubungi perwira-perwira dari pasukan Diponegoro yang sedang bertugas di Kisaran, Asahan, Sumatera Utara. Perwira-perwira itu adalah Mayor Suhardjo, Kapten Sukasman dan Kapten Sugeng.
Oleh Biro Penghubung CC PKI para perwira itu dikenal sebagai simpatisan PKI. Mereka juga diminta untuk selalu mengikuti siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat. Letkol Maniso yang simpatisan PKI itu akan membantu Biro Penghubung menghubungi perwira-perwira Diponegoro.
Peristiwa penting kelima, pada 9 September 1965, pada jam 07.00 WIB, sebuah rapat kelompok perwira progresif-revolusioner yang merencanakan sebuah gerakan mendahului “Dewan Jenderal" kembali digelar di rumah Kapten Wahjudi. Dalam rapat ini, Sjam Kamaruzaman selaku Ketua Biro Khusus Partai Komunis Indonesia (PKI) mengatakan, “Pesan dari Ketua DN Aidit, supaya gerakan ini dilakukan secara machtig dan menunjukkan kita kuat. Yang penting, Dewan Jenderal itu harus diselesaikan dulu rencananya.
Sementara Kolonel Latief dan Mayor Udara Sujono menyarankan agar operasi ini dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan yang bersahabat di Jakarta, misalnya 4 Kompi Brimob, 2 kompi Brigade Infanteri dan 3 kompi Tjakrabirawa. Rapat memutuskan bahwa suatu evaluasi akan dilakukan mengenai kesesuaian pasukan-pasukan yang diusulkan dan bahwa calon-calon lain akan juga dipertimbangkan.
Peristiwa penting keenam, pada hari yang sama, Ketua Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI), DN Aidit memberitahu duta besar Cekoslovakia di Jakarta bahwa dia yakin 60 persen dari tentara jajaran rendah, jajaran perwira, hingga yang berpangkat Mayor akan memihak PKI jika terjadi serangan militer terhadap PKI. Menurut Aidit, setiap aksi militer terhadap PKI akan hancur berantakan dalam waktu 20 jam.
Ещё видео!