Website : [ Ссылка ]
Facebook Fan Page : cmihospitals | [ Ссылка ]
Twitter : @cmihospitals | [ Ссылка ]
Instagram : cmihospitals | [ Ссылка ]
Telp : 022-2531000
Alamat : Jalan Tubagus Ismail VII No. 21 Kota Bandung
Sejatinya tubuh kita secara alami didesain untuk mampu melakukan cuci darah secara otomatis. Namun jika diperlukan, proses cuci darah dengan bantuan alat medis bisa dilakukan. Cuci darah atau hemodialisis akan diperlukan ketika ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik. Saat ini cuci darah identik dengan proses medis untuk menghilangkan kelebihan kotoran dan air di dalam darah. Dalam proses alami, ginjal adalah organ yang bertanggung jawab dalam melakukan hal ini.
Kenapa Membutuhkan Cuci Darah?
Penyaringan darah adalah tugas ginjal. Namun pada penderita penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, fungsi ginjal ini tidak dapat dilakukan secara optimal. Ketika ginjal gagal melakukan pembersihan, terjadilah penumpukan limbah, racun, dan cairan pada darah. Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Jika fungsi ginjal hilang sebanyak 85-90 persen, maka diwajibkan untuk melakukan cuci darah agar terhindar dari beragam komplikasi yang fatal.
Tentu saja dibutuhkan penilaian dari dokter dan serangkaian tes medis untuk menentukan perlu atau tidaknya seseorang melakukan cuci darah. Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur, yaitu kadar kreatinin dan ureum dalam darah, kecepatan ginjal menyaring darah, kemampuan tubuh mengatasi kelebihan air, dan keluhan tertentu yang mengacu pada gangguan jantung, pernapasan, perut, atau kebas di kaki.
Metode Cuci Darah
Dalam melakukan proses cuci darah, ada dua metode yang bisa dipilih pasien, yaitu hemodialisis atau dialisis peritoneal.
1. Hemodialisis
Cuci darah jenis ini paling banyak dikenal orang. Hemodialisis menggunakan mesin khusus untuk menyaring darah menggantikan ginjal yang rusak. Pada proses cuci darah ini, biasanya petugas medis akan memasukkan jarum pada pembuluh darah untuk menghubungkan aliran darah dari tubuh ke mesin pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring pada mesin pencuci darah, dan setelah tersaring, darah yang bersih akan dialirkan kembali ke dalam tubuh. Cuci darah hemodialisis biasanya menghabiskan waktu sekitar empat jam per sesi. Dalam seminggu ada 3 sesi yang harus dijalani dan hanya bisa dilakukan di klinik cuci darah atau rumah sakit. Efek samping yang biasanya muncul akibat hemodialisis adalah kulit gatal dan kram pada otot.
2. Dialisis peritoneal
Metode cuci darah CAPD ini menggunakan peritoneum (selaput dalam rongga perut) sebagai penyaring. Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal.
Sayatan kecil dibuat di dekat pusar untuk jalan masuk selang khusus atau kateter. Kateter ini akan ditinggal di dalam rongga perut secara permanen. Fungsinya untuk memasukkan cairan dialisat, yaitu cairan yang mengandung gula tinggi guna menarik zat limbah dan kelebihan cairan dari pembuluh darah sekitar, ke dalam rongga perut. Setelah selesai, cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa dialirkan ke kantong khusus yang akhirnya dibuang. Lalu diganti dengan cairan segar yang steril.
Keuntungan proses cuci darah dengan metode ini adalah bisa dilakukan di rumah, kapan saja, dan biasanya dilakukan saat pasien sedang tidur. Tetapi, metode ini harus dilakukan empat kali tiap hari dan memakan waktu sekitar 30 menit. Efek sampingnya bisa berupa peritonitis (infeksi peritoneum yang mengelilingi rongga perut), perut terasa penuh ketika cuci darah berlangsung, kenaikan berat badan karena cairan dialisat mengandung kadar gula cukup tinggi, atau munculnya hernia akibat berat cairan di dalam rongga perut.
#gagalginjal #tanpacucidarah #pengobatanginjal
Ещё видео!