SEJARAH TARI ZAPIN
Nama Tari Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu kata “zaffan” yang artinya penari dan kata “alafin” yang artinya gerak kaki.
Tarian ini pada mulanya hanya digelar di lingkungan istana Kesultanan Yaman, Timur Tengah untuk menyemarakkan pesta pernikahan, syukuran, khitanan, dan acara lainnya.
Kemudian pada awal abad ke-16, tarian ini mulai diperkenalkan oleh para pedagang Arab yang pada saat itu berdagang di sekitar kawasan Selat Malaka.
Seiring berjalannya waktu, tarian ini mulai mengalami akulturasi atau perpaduan dengan budaya lokal Melayu.
Perkembangan tarian Zapin di Indonesia sendiri tidak lepas dari proses islamisasi yang menyebar ke seluruh wilayah Indonesia.
Tarian Zapin ini biasanya dilakukan oleh para penari pria dengan diiringi musik ansambel seperti marwas, suling, gendang, dumbuk, akordion, harmonium, biola, dan vokal.
Sama seperti tarian-tarian adat khas lainnya, para penari Zapin juga akan mengenakan kostum khusus yang menjadi ciri khasnya berupa baju kurung Melayu yang longgar agar memudahkan dalam bergerak.
Gerakan tari Zapin sendiri terinspirasi dari aktivitas manusia dengan alam sekitarnya, seperti sut patin, pusing tengah, anak ayam patah, titi batang, siku keluang, alif, dan lain-lain.
Di beberapa daerah, tarian ini dikenal dengan nama-nama yang berbeda.
Di Jambi dan Bengkulu, tarian Zapin dikenal dengan sebutan Dana, sedangkan di Lampung dikenal dengan sebutan Bedana. Di daerah Jawa sendiri, tarian ini dikenal dengan sebutan Zafin.
Di daerah Kalimantan disebut tari Jepin dan di Nusa Tenggara dikenal dengan sebutan Dana-Dani.
Ещё видео!