SETIA, TAAT DAN RENDAH HATI
Saudara-saudari yang terkasih,
Injil hari ini adalah bagian kedua dari perikop tentang “Yesus dan Yohanes Pembaptis”. Pada bagian pertama (11:1-6) dikisahkan tentang para murid Yohanes yang datang bertanya tentang Yesus atas suruhan Yohanes, apakah Dia yang akan datang itu ataukah harus menantikan yang lain. Yesus kemudian memberikan jawaban dengan menyampaikan kepada murid Yohanes supaya memberitahukan kepada Yohanes hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
Bagian kedua (11:7-15) berkisah tentang pengajaran Yesus kepada para murid-Nya dan orang banyak tentang Yohanes Pembaptis. Yesus mengatakan bahwa Yohanes adalah seorang yang istimewah. Dia lebih dari seorang nabi manapun (9b). Bahkan pada ayat 11 dikatakan bahwa dari semua yang dilahirkan perempuan tidak ada yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis. Semua nabi dan kitab taurat bernubuat tentang dia.
Saudara-saudari….
Mengapa Yohanes bagi Yesus begitu istimewah, lebih dari pada seorang nabi, lebih besar dari semua orang yang dilahirkan perempuan dan dinubatkan oleh para nabi dan kitab taurat? Alasanya adalah karena dia dikhususkan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Dia adalah nabi yang mengakhiri perjanjian lama dan memulai perjanjian baru.
Saudara-saudari…
Meskipun Yohanes sangat istimewa, dia tidak menjadi sombong dan angkuh. Dia tidak mencari popularitas. Dia tidak mau menyerong Kerajaan Surga apalagi menguasainya. Dia tetap rendah hati dan fokus pada tugas perutusannya. Karena kerendahan hati dan kesetiaan melaksanakan sabda Tuhan yang diembannya sebagai tugas perutusannya inilah yang membuat dia disebut oleh Yesus sebagai Elia yang akan datang.
Saudara-saudari…
Kita banyak melihat bahwa tidak sedikit orang yang kalau sudah terkenal menjadi lupa diri. Bahkan dia bisa menjadi sombong, angkuh dan melupakan misi yang diembannya. Dia menjadikan dirinya sebagai pusat, mencari popularitas, mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan usaha-usaha lain untuk kesenangan dirinya. Dalam pribahasa, orang seperti ini disebut, “kacang lupa kulit”. Dia tidak memahami bahwa keberhasilan yang dimilikinya bukan hanya karena perjuangannya tetapi karena dukungan orang-orang yang ada di sekitarnya. Lebih dari itu, dia tidak sadar bahwa keberhasilannya adalah anugerah sekaligus tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk mewartakan kebenaran. Bahkan ada orang yang menduduki jabatan tertentu untuk mewakili orang banyak, lupa akan amanat yang diembankan kepadanya. Dia lupa akan orang-orang yang “mengutus”nya. Gemerlapnya kekuasaan dan harta membuat dia lupa diri.
Saudara-saudari…
Menjadi murid Yesus berarti menjadi utusan. Kita semua diutus, entah apapun profesi kita saat ini, untuk mewartakan kebenaran yang sudah diajarkan Yesus kepada kita. Oleh karena itu di masa adven ini kita disadarkan akan tugas perutusan itu agar kita tidak jatuh pada kesombongan karena profesi duniawi yang kita miliki. Sebagai orang beriman, kita harus melihat profesi kita dalam terang iman. Kalau kita melihatnya dalam terang iman maka kita akan berusaha menjadikan profesi kita sebagai sarana untuk menunjukkan kebenaran Kristus kepada sesama. Oleh karena itu dibutuhkan kesetiaan, ketaatan dan kerendahan hati.
Memang harus kita akui bahwa ada sekian deret tantangan yang menggoda kita untuk lupa diri dan sombong. Tetapi kesetian dan ketaatan pada Kristus akan meneguhkan kita untuk terus bersikap rendah hati. Setia pada Kristus dan menyadari tugas perutusan sebagai orang kristiani adalah inti iman kita. Lewat Injil hari ini, Yesus mau mengajak kita untuk meneladani Yohanes Pembaptis yakni meneladani kesetiaan, ketaatan dan kerendahan hatinya supaya kita menjadi orang-orang beriman yang taat dan rendah hati. Maka marilah kita belajar dari Yohanes Pembaptis supaya kebenaran Kristus terus berkembang di segala zaman.
Ещё видео!