Masih segar diingatan sederet kasus yang terjadi di penghujug tahun 2021. Terakhir kasus yang terjadi di Bandung, dimana seorang pengasuh pondok pesantren mencabuli puluhan santrinya. Akibat perilaku bejat pelaku, beberapa satri hamil dan bahkan melahirkan. Tidak hanya itu, salah satu satrinya bahkan telah melahirkan hingga 2 kali. Hal ini tentu sangat memperihatinkan.
Banyaknya fenomena yang muncul akhir – akhir ini bukanlah sebuah hal baru. Kasus – kasus tersebut sebenarnya telah banyak terjadi di berbagai tempat. Akan tetapi para korban yang mengalami hal tersebut enggan untuk bersuara karena berbagai alasan. Salah satu alasan paling rasional yang banyak mereka sampaikan adalah tidak adanya jaminan keadilan terhadap kejadian yang mereka alami jika mereka bersuara.
Hukum yang seharusnya menjadi harapan untuk mencari keadilan justru bisa berbalik menjadi tangga yang akan menimpa korban setelah jatuh. Hal ini yang membuat akhirnya banyak korban memilih diam daripada melawan.
Berbicara tentang korban, kebanyakan orang akan menyebutkan jenis kelamin perempuan. Sebaliknya jenis kelamin laki – laki akan ditempatkan sebagai pelaku. Hal ini wajar karena paradigma berfikir masyarakat tentang perempuan dan laki – laki yang masih sangat sempit. Bagi mereka perempuan adalah mahluk yang lemah dan wajar jika mereka menjadi korban. Sementara laki – laki adalah mahluk yang kuat yang dapat mendominasi perempuan sebagai mahluk yang sebaliknya. Tapi apakah memang skenario nya seperti itu. Mari berfikir :
Apakah memang perempuan adalah mahluk yang lemah dan laki – laki sebaliknya? Bukankah tidak sedikit laki – laki kemudian tunduk kepada perempuan?
Apakah kekerasan seksual hanya terjadi pada perempuan? Bukankah laki – laki juga mengalami hal yang sama.
Apakah yang bisa menjadi pelaku hanya laki – laki? Bukankah perempuan memiliki kesempatan yang sama.
Konten ini akan mengajak anda berfikir lebih luas. Mengajak anda untuk menghadirkan perspektif baru terhadap fenomena yang terjadi.
Tujuannya adalah kami berharap akan ada sebuah titik temu dari dua perspektif antara laki – laki dan perempuan dalam konteks kekerasan seksual. Dimana perempuan dan laki – laki merupakan mahluk yang sama yaitu manusia dan memiliki kecendrungan sama, yaitu kemungkinan melakukan kesalahan. Dari ini kita akhirnya tidak menyalahkan salah satu jenis atas apa yang terjadi, tapi kita memahami bahwa setiap jenis dari ras manusia sangat mungkin untuk melakukan kesalahan.
Ini juga sebagai bentuk dukungan terhadap Trend speak up korban kekerasan seksual. Kami berharap ini dapat memberikan harapan baru bagi korban yang lain. Dengan banyaknya korban yang mulai berani menyuarakan keadilan, semoga menjadi awal yang baik untuk memberantas predator kekerasan seksual.
Ещё видео!