(Antara) - Di negara kepuluan seperti Indonesia, selain transportasi laut, transportasi udara memegang peranan yang penting, untuk menghubungkan wilayah dan pulau-pulau di Indonesia.
Transportasi udara diperlukan tidak hanya untuk mobilisasi barang, namun juga orang. Jumlah penumpang angkutan udara domestik terus meningkat.
Peningkatan jumlah penumpang ini tentunya harus diiringi dengan peningkatan fasilitas, baik bandara maupun armada pesawatnya. Pemerintah pun terus menambah jumlah bandar udara.
Pertambahan jumlah bandar udara yang dilakukan pemerintah ini juga sebagai bagian dari percepatan pembangunan infrastruktur daerah.
Sementara untuk untuk menghubungkan pulau dan wilayah di Indonesia itu, diperlukan juga pesawat-pesawat berbadan kecil atau pesawat perintis yang dapat mencapai wilayah terpencil di pelosok-pelosok wilayah.
Pengadaan armada pesawat udara dilakukan oleh dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia. Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, di tahun 1976, hadir Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) sebagai industry pesawat terbang di Indonesia.
Sebagai industri pesawat terbang, IPTN berkembang cukup pesat, bahkan menunjukkan prestasi yang luar biasa. Di tahun 1995 IPTN menggemparkan dunia kedirgantaraan melalui pesawat N-250 Gatot Kaca.
Pesawat ini merupakan pesawat karya anak bangsa, BJ Habibie, yang kala itu menjabat sebagai Presiden Direktur IPTN. Pesawat N-250 merupakan pesawat penumpang sipil asli pabrikan Indonesia, lengkap dengan kode “n” yang memiliki arti nusantara.
Di tahun 2000 IPTN berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), yang tidak hanya memroduksi berbagai pesawat tetapi juga memroduksi helikopter, senjata, dan menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan untuk mesin-mesin pesawat.
Dan di tahun 2017, bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), PT DI menciptakan pesawat terbang jenis perintis, yang 100 % karya anak bangsa, N-219.
Pengembangan N-219 merupakan hasil riset dan studi tentang kebutuhan penerbangan di Indonesia. Hasilnya jenis perintis pesawat angkut ringan yang mampu bermanuver dengan kecepatan rendah dan landasan pacu yang pendek, merupakan alat transportasi udara yang dibutuhkan di Indonesia.
Berkapasitas penumpang 19 orang, N-219 menggunakan dua mesin, mempunyai kecepatan maksimum 210 knot dan kecepatan terendah 59 knot. Hal ini membuat N-219 dapat terbang cukup rendah, namun tetap terkontrol.
Kondisi ini penting terutama saat memasuki wilayah yang bertebing-tebing. Pesawat ini diproyeksikan menjadi transportasi udara andalan untuk wilayah-wilayah terpencil. Selain di dalam negeri, pesawat N-219 diharapkan mampu bersaing di pasar Asia Pasifik untuk kelas perintis.
SEGMEN I : Kebutuhan Transportasi Udara DI Indonesia
SEGMEN II : Industri Dirgantara Indonesia
SEGMEN III : Pengembangan N-219
copyright © AntaraTV
LKBN Antara - Indonesia
[ Ссылка ]
[ Ссылка ]...
You can also see our video on :
1.Antaranews : [ Ссылка ]
2.Youtube channel : [ Ссылка ]... (antara tv)
3.Yahoo : [ Ссылка ]
4.Twiter : [ Ссылка ]
5.Facebook: [ Ссылка ]... (fan page)
6.Mivo : [ Ссылка ] (live streaming)
Uploader :
budywearsprada@yahoo.com
PERUM LKBN Antara
WismaAntara
@NewsRoom
Jl. Medan Merdeka Selatan 17
Ещё видео!