Kanal Bali Jani ~ Pada tahun 1489 Masehi, tiba di Bali Danghyang Nirartha yang sudah pindah agama dari agama Buddha Mahayana ke agama Siwa. Oleh Dalem Waturenggong beliau lalu diangkat menjadi bhagawanta kerajaan. Sedangkan Danghyang Angsoka yang masih beragama Budha Mahayana tetap tinggal di Daha, Jawa Timur.
Danghyang Angsoka disebutkan sering mengirimkan naskah hasil karyanya kepada Danghyang Nirartha. Hal itu diketahui oleh Dalem Waturenggong. Beliau tertarik dengan hasil karya Danghyang Angsoka. Oleh sebab itu, Danghyang Angsoka diundang agar berkenan datang dan tinggal di Bali. Dalem Waturenggong ingin berguru dan juga mengangkat Danghyang Angsoka sebagai bhagawanta.
Namun undangan itu ditolak oleh Danghyang Angsoka, dengan alasan Danghyang Nirartha, adiknya sudah ada di Bali dan menjadi bhagawanta kerajaan. Yang kemudian datang ke Bali adaah Danghyang Asthapaka, putra beliau yang kedua. Beliau bertempat tinggal di bekas tempat tinggal Danghyang Kanaka, kakaknya, di Desa Kayumas.
Dari sana kemudian Danghyang Asthapaka menyebarkan agama Budha aliran Mahayana, dan dengan demikian Desa Kayumas menjadi pusat kegiatan agama Budha di Bali. Sebagai kenangan bahwa Danghyang Asthapaka adalah pemeluk agama Buddha yang taat dan berasal dari Wana Keling, Desa Kayumas kemudian diganti namanya menjadi Desa Budakeling.
Desa itu berada di wilayah Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Sekarang, keturunan Danghyang Asthapaka ada di beberapa desa di Bali dan disebut sebagai warga Brahmana Buddha.
Ещё видео!