VIDEO - Intensitas Hujan Rendah, Warga Dusun Beno Tidak Mandi Empat Bulan
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Karena ketiadaan fasilitas air bersih dan 3 tahun intensitas hujan menurun, warga dusun Beno, Desa Pathau, Kecamatan Amabi Oefeto Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, tidak mandi 3 hingga 4 bulan. Air yang dibeli oleh warga hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan di dapur (minum dan memasak).
Demikian disampaikan Okter Moi (38) warga Dusun Beno, ketika menerima bantuan air bersih dari Perhimpunan INTI NTT pada, Selasa, 03/11/2020.
"Mungkin tiga, empat bulan baru kita bisa mandi. Sedangkan cuci ini air kotor-kotor kita bisa tampung sedikit-sedikit kalau memang sudah bisa cuci pakaian satu dua potong yah kita pakai cuci," ujarnya.
Okter mengaku, jika intesitas hujan sangat rendah, warga Dusun Beno terpaksa membeli air bersih selama setahun.
Ia juga merasa bahagia dan mengucapkan terima kasih kepada perhimpunan INTI NTT karena diberikan bantuan air bersih . Lebih lanjut dikatakan Okter, perhimpunan INTI NTT beberapa kali telah memberikan bantuan kepada warga dusun Bone.
Jika warga tidak memiliki uang maka mereka harus menempuh jarak 8 kilometer untuk memperoleh fasilitas air bersih di Oapore. Masyarakat Dusun Bone menggali sumur di tempat tersebut untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Dikatakan Okter, debit air pada sumber mata air Oapore sangat kecil. Jika banyak warga yang pergi mengambil air di lokasi tersebut mereka harus mengantri sejak pukul 06.00 dan boleh pulang pada pukul 15.00 wita. Pasalnya, butuh waktu 2 sampai 3 jam warga Dusun Bone bisa mengisi 5 atau 6 jerigen air pada wadah dengan kapasitas 5 liter.
Ia menambahkan, debit air yang sangat minim di Oapore memaksa warga untuk membeli air dari para penjual yang menjajakan air dalam jirigen yang dimuat dengan mobil pickup.
Jika intensitas hujan baik maka, lanjut Okter, warga bisa memperoleh fasilitas air bersih dari kali mati. Warga dusun Bone menggali air lubang pada pinggir kali untuk menampung banjir yang melintasi kali tersebut. Namun air resapan banjir tersebut hanya bertahan 2 hingga 3 bulan.
Mayoritas warga Dusun Bone bermatapencaharian sebagai petani. Hasil bertani hanya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Pasca dilanda kekeringan (intensitas hujan rendah) mereka menggantungkan hidup dengan berjualan asam yang diambil dari hutan. Hasil yang diperoleh asam tersebut, dimanfaatkan untuk membeli air dan memenuhi kebutuhan lainny.
"Sekarang kita sudah bingung juga. Asam sudah mau habis kita mau bagaimana," bebernya.
Okter mengatakan, bahwa tidak ada perhatian pemerintah terhadap warga dusun Bone terkait fasilitas air bersih.
"Pada tahun kemarin hanya jawab tapi hanya satu tangki air bersih saja dari pihak pemerintah Kabupaten," jelasnya
Warga dusun Beno, tutur Okter, memiliki hubungan kekerabatan. Oleh karena itu, jika ada warga yang tidak memiliki uang untuk membeli air maka, warga sekitar akan menyumbangkan 1 atau 2 jirigen untuk kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut. Rabu, 4 November 2020 (POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon)
Video Editor: Jho Lena
Update info terkini via ONLINE : [ Ссылка ]
Like, komen dan subscribe Youtube Channel POS KUPANG
INSTRAGAM poskupangcom : [ Ссылка ]
FACEBOOK : POS-KUPANG.COM: [ Ссылка ]
Ещё видео!