Pratomo Wira Dewanto, salah satu dari 188 korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018) pagi, meninggalkan seorang istri dan seorang anak.
Hal itu disampaikan oleh ayahnya, Trisoewarso saat dijumpai Warta Kota di rumahnya pada Senin sore di Jalan Kembang Nomor 9 RT 08 RW 07, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Anak dan istri masing-masing satu. Dia tinggalnya di Bintaro. Anaknya umur 11 tahun kelas 6 SD," ujar Trisoewarso.
Pratomo Wira Dewanto merupakan sulung dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang adik perempuan yang juga sudah berkeluarga.
Sejak lulus kuliah pada tahun 1998, Pratomo Wira Dewanto langsung diterima sebagai pegawai Kementerian Keuangan.
Sebelum dinyatakan hilang, Pratomo Wira Dewanto berkerja di Kantor Pajak Pratama Pangkal Pinang.
"Dia di situ dua tahun. Sebelumnya di Balikpapan sampai enam tahun. Pokoknya dia itu lulus tahun 1998 dan mulai kerja di Pajak sekitar September atau Oktober 1998," ujar Trisoewarso, Senin (29/10/2018) sore.
Setiap libur bekerja, Pratomo Wira Dewanto selalu menyempatkan diri untuk menjenguk keluarga dan orangtuanya yang ada di Jakarta.
"Kalau dia nggak ada tugas setiap Jumat dia pulang. Minggu sore atau Senin pagi dia balik lagi ke Pangkal Pinang. Kalau berangkatnya Minggu Sore biasanya banyak pilihan pesawat lain tapi kalau berangkat Senin pagi hanya Lion Air saja, soalnya dia kan ngejar masuk kantor," tutur Trisoewarso.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Lion Air rute Jakarta - Pangkal Pinang dengan penerbangan JT 610 diduga jatuh di kawasan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018).
Pesawat Lion Air JT 610 take off dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 06.20 WIB dan hilang kontak pada pukul 06.33 WIB.
Pesawat Lion Air JT 610 seharusnya mendarat di Pangkal Pinang pada pukul 07.30 WIB.
Ещё видео!