#GrebekMuludDal1951 #budayanusantara #jogjaistimewa #budayasaya #pelestarianbudaya
Dilaksanakan pada hari Jumat, 1 Desember 2017, Keraton Yogyakarta baru saja menggelar Hajad Dalem Garebeg Mulud Tahun Dal 1951. Terdapat berbagai acara yang khusus dilaksanakan setiap Tahun Dal. Tayangan ini menyajikan rangkaian acara dan pemaknaan pada prosesi yang digelar dalam delapan tahun sekali.
On Friday December 1, 2017 the Palace of Yogyakarta held the Hajad Dalem Garebeg Mulud Tahun Dal 1951. Several events were carried out, especially in Dal year. This video shows agenda and the meaning of the whole procession which are only held once in eight years.
Tanggal 6-12 Mulud tahun Dal 1951, atau 24 November - 1 Desember tahun 2017, bertepatan beberapa upacara keraton terkait Sekaten dan Garebeg tahun Dal yang delapan tahun sekali.
Miyos Gangsa
Diawali dengan prosesi Miyos Gangsa pada hari Jumat (24/11). Keluarnya Gamelan Sekati, yakni Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dari keraton. Selanjutnya akan ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe dan ditabuh selama satu minggu. Kedua perangkat gamelan diletakan di Bangsal Pancaniti, Plataran Kamandhungan Lor. lalu dibawa menuju bangunan di kanan kiri Masjid yang disebut sebagai Pagongan.
Numplak Wajik
Dilaksanakan di Plataran Kemagangan , dipimpin oleh GKR Mangkubumi. Menempatkan wajik di tengah badan Gunungan Wadon. Numplak Wajik adalah penanda dimulainya proses menyusun gunungan yang akan diarak dan dibagikan.
Mbusanani Pusaka
Prosesi Mbusanani Pusaka dilaksanakan di Gedhong Jene, dilaksanakan oleh para Pangeran Sentana yang dipimpin oleh Mantu Dalem Kangjeng Pangeran Harya (KPH) Wironegoro. Beberapa pusaka Kraton Yogyakarta dikeluarkan dari ruang penyimpanan untuk dirawat dan diganti busananya (kain pelindung).
Bethak
Prosesi bethak dilaksanakan di Bangsal Sekar Kedhaton, komplek Keputren, dipimpin oleh GKR Hemas sebagai Permaisuri Dalem.
Selepas maghrib, Sri Sultan menyerahkan pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kyai Blawong kepada GKR Hemas.
Menggunakan pusaka yang berbentuk periuk (kendhil) tersebut, GKR Hemas bersama dengan Putra dan Sentana Dalem Putri (putri dan kerabat wanita Sultan), akan menanak nasi sebanyak tujuh kali, dan diserahkan kepada Sri Sultan pada saat pesowanan keesokan harinya.
Kundur Gangsa
Tanda berakhirnya Sekaten, gamelan Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dibawa kembali dari Pagongan Masjid Gedhe ke dalam keraton.
Prosesi diawali dengan hadirnya (miyos) Sri Sultan di Pelataran Masjid Gedhe dan menyebar udhik-udhik, berisi beras, bunga, dan uang logam.
Selanjutnya, Sri Sultan duduk di serambi Masjid Gedhe untuk mendengarkan riwayat Nabi Muhammad.
Berbeda dengan Garebeg Mulud biasa, setiap tahun Dal, Sultan akan menjejakkan kaki ke tembok bata di pintu (butulan) selatan Masjid Gedhe sebelum kembali ke keraton. Upacara ini dikenal dengan istilah Njejak Beteng.
Pesowanan Garebeg
Prosesi Pesowanan Garebeg Dal Tahun 1951 dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Kencana, dihadiri oleh KGPAA Paku Alam X ini.
Sri Sultan mengambil nasi dari periuk Kanjeng Nyai Mrica, mengepal-ngepalnya menjadi bulatan kecil, lalu meletakannya pada Kanjeng Kiai Blawong (pusaka berwujud piring besar), yang dibagikan kepada GKR Hemas, KGPAA Paku Alam X, diteruskan kepada para kerabat dan Abdi Dalem.
Kundur Gunungan Bromo
Prosesi Kundur Gunungan Bromo (Kutug) dilaksanakan di Plataran Gedhong Purwaretna. Sebelumnya, Gunungan Bromo diarak bersama Gunungan Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Lanang melewati Alun-Alun Utara.
Satu Gunungan Lanang dibawa ke Kepatihan, satu lagi dibawa menuju Puro Pakualaman. Gunungan Lanang sisanya dibawa bersama gunungan lain menuju Masjid Gedhe dengan arak-arakan yang dikawal oleh barisan Bregada Prajurit Keraton. Setelah selesai didoakan di Masjid Gedhe,
Gunungan Bromo dibawa kembali masuk ke dalam keraton. Selanjutnya Gunungan tersebut dibagikan kepada para kerabat Keraton Yogyakarta. Lima gunungan yang diletakkan di Pelataran Masjid Gedhe kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah dari Sri Sultan.
Bedhol Songsong
Upacara Bedhol Songsong merupakan pagelaran wayang, sebagai penutup rangkaian Garebeg Mulud.
[ Ссылка ]
[ Ссылка ]
Ещё видео!