#pajajaran
#cirebon
#banten
#sundagaluh
#sumedang
cuplikan buku #yuganing_rajakawasa #sejarah_kerajaan_di_jawa_barat oleh Drs. #yoseph_iskandar - terbitan CV. #gegersunten #bandung_1997
Pada Bagian ke 138, ini,... diceritakan, bahwa Salomon Müller seorang zoolog dan ahli botani berkebangsaan Jerman bersama Pieter Van Oort seorang juru gambar berkebangsaan Belanda, mendatangi puncak Gunung Lumbung pada tanggal 17 Januari 1833. Di sanalah mereka mendapatkan cerita dari seorang tua tentang tokoh Dipati Ukur, tempat persembunyian dan benteng pertahanan serta berakhirnya suatu negara di Gunung Lumbung. Catatan Muller dan Oort kemudian diterbitkan tahun 1836 M. dan dimuat ulang oleh NJ Krom dalam buku Laporan Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda yang terbit pada tahun 1915.
Menurut buku NJ Krom dalam Laporan Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda tahun 1915 berdasarkan catatan kunjungan Salomon Müller dan Pieter Van Oort, bahwa sekitar tahun 1630-1632, Dipati Ukur sebagai pemimpin wilayah Tatar Ukur, membangun pusat kekuatan pertahanan terakhirnya di Gunung Lumbung sebagai persiapan mengahadapi serangan kesultanan Mataram dan ancaman VOC Batavia. Memang Gunung Lumbung sulit dijangkau dari segala arah. Pada tahun 1632, Sultan Agung Hanyokrokusumo Mataram mengirimkan 40.000 pasukan ke wilayah Priangan untuk menumpas perjuangan Dipati Ukur dan pengikutnya. Beberapa kisah sejarah menyebutkan di Gunung Lumbung inilah Dipati Ukur akhirnya tertangkap.
Dari cerita turun-temurun warga Dusun Lembang menyebutkan Batu Lawang merupakan pintu masuk menuju puncak Gunung Lumbung dalam jejak sejarah Dipati Ukur. Dalam keseharian semua senjata milik Dipati Ukur dan pasukannya disimpan di lokasi Jaga Rungkang yang dijaga oleh beberapa hulubalang atau orang kepercayaan dengan kemampuan kanuragan yang mumpuni. Di sebelah selatan puncak Gunung Lumbung terdapat Pasir Nagara sebagai tempat bekas berkumpulnya pasukan, orang kepercayaan, dan petinggi negara Tatar Ukur.
Ada sejumlah alasan yang menjelaskan mengapa masyarakat Priangan sering memakai nama Dipati Ukur. Pertama, Dipati Ukur dipandang sebagai tokoh terhormat Priangan yang patut dikenang. Kedua, Dipati Ukur dianggap sebagai tokoh pahlawan yang membela tanah air dan rela mengorbankan diri demi rakyat Priangan. Dan ketiga, Dipati Ukur dipandang sebagai tokoh keramat, tokoh suci yang bila namanya diabadikan dipercaya akan membawa pengaruh baik pada yang memakainya. Selain situs di Gunung Lumbung Cililin juga ada situs petilasan Dipati Ukur Wangsanata yang dianggap makam keramat itu ada di lokasi Hulu Sungai Citarum berwujud sebuah danau cantik bernama Situ Cisanti yang berada di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Ternyata Situ Cisanti airnya berasal dari 7 mata air yaitu Citarum, Cikahuripan, Cikoleberes, Cihaniwung, Cisadane, Cikawudukan dan Cisanti.
.
Ещё видео!