Sebagai agenda rutin di akhir tahun, KHP Nityabudaya Karaton Ngayogyakarta mempersembahkan Pameran Temporer Parama Iswari: Mahasakti Keraton Yogyakarta
Parameswari [parama-iswari]: dalam kamus bahasa Jawa berarti langkung luhuring pawestri atau lebih dari perempuan utama. Parameswari sebuah term yang disematkan pada perempuan utama dalam tatanan kerajaan Jawa. Istilah tersebut telah digunakan sejak abad ke-9 dan dipelihara dalam memori kolektif budaya Nusantara sampai abad ke-21. Kedudukan parameswari dan ketokohan perempuan yang melekat acapkali berafinitas sebagai sakti. Jenama yang mengikat pada raja sekaligus kuasa yang melampaui kadarnya.
Berangkat dari pendekatan kronologi, narasi parameswari sebagai perempuan yang melintasi sejarah dirangkap dalam satu situasi budaya. Impresi dari kiprah prameswari yang dikumpulkan dan dipadu dalam satu ruang pamer membawa intensi agar perempuan mampu membangun definisi ulang tentang keberadaannya secara adaptif. Konteks perempuan sebagai bagian dari militer, pemrakarsa budaya, hingga aktivis sosial terus berubah dan menjelma sesuai relevansi hari ini.
Bertempat di Kagungan Dalem Kedhaton Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pameran ini dapat dikunjungi masyarakat mulai hari Minggu, 6 Oktober 2024 hingga hari Minggu, 26 Januari 2025 pukul 08.30 - 14.30 WIB. Adapun rangkaian pembukaan pameran Parama Iswari Mahasakti Keraton Yogyakarta diselenggarakan selama 4 hari yakni pada tanggal 1, 2, 4 dan 5 Oktober 2024. Pada hari ini Rabu, 2 Oktober 2024 KHP Nitya Budaya mempersembahkan Wayang Wong Lampahan Darmadewa Darmadewi Episode 2 dengan judul “Nitis”.
SINOPSIS LAKON WAYANG WONG EPISODE 2 – “DARMADEWA DARMADEWI NITIS”
Batara Brama terkejut atas kedatangan bayi raksasa yang dapat tumbuh menjadi dewasa dan diberi nama Bomasura. Selanjutnya, Bomasura bersikeras untuk mencari di mana keberadaan ayahnya. Perjalanan panjang Bomasura akhirnya berhasil menemui kakeknya yaitu Sang Hyang Antaboga dan ibunya, yaitu Dewi Pertiwi. Pada pertemuan tersebut, Bomasura berhasil mendapatkan pusaka berupa Cangkok Wijayakusuma dan kendaraan berupa Gajah Mina. Dengan bekal berbagai pusaka sakti tersebut, Bomasura memulai pengembaraannya.
Dikisahkan, perjalanan Batara Wisnu telah memilih Prabu Kresna sebagai sarana reinkarnasi. Sedangkan Darmadewa menjelma dalam tubuh Raden Samba, serta Darmadewi menjelma ke dalam raga Dewi Januwati. Kisah ini ditutup dengan perjalanan Bomasura yang berhasil membunuh raja di negara Surateleng yang bernama Bomantaka. Bomasura berhasil menjadi raja di negara Surateleng, dengan gelar nama Prabu Bomantara. Negara Surateleng diganti nama menjadi negara Trajutrisna.
Paraga Beksa
Bathara Brama: RW. Wijoyopadmo
Bathara Wisnu: RW. Purwoguritno
Sang Hyang Antaboga: RB. Hastomatoyo
Bomantaka: Mochammad Samiaji
Bomasura: RB. Ronggomatoyo
Garuda Wilmuna: RB. Paksimatoyo
Gajah Mina: MB. Kagomatoyo – Herkunanto Yuwidi Satria
Darmadewa: RB. Palgunamatoyo
Darmadewi: Dhwiya Pasthika
Sutradara: Nyi RRy. Pujaningrum
Keprak: RW. Rogomurti
Penata Tari: RRy. Brotoatmojo
Asst. Penata Tari: Nyi RB. Kurniamatoyo
Kandha: Wigi Prasetya
Kendhang: MJ. Taliwongso
Penata iringan: MB. Brongtomadyo
Assisten penata iringan: MJ. Sembunggilang
Pimpinan produksi: RB. Kumudamatoyo
Panyerat naskah: MRy. Susilomadyo
Cepeng Damel Semuwan: KMT. Suryowasesa
____
Simak berita terbaru melalui akun resmi Kraton Jogja :
Facebook, Youtube: Kraton Jogja
X: @kratonjogja
Tiktok: @kratonjogja.id
Instagram: @kratonjogja @kratonjogja.event
Website: kratonjogja.id
#KratonJogja #PembukaanPameranParamaIswari #WayangWongDarmadewaDarmadewi #WayangWong #DarmadewaDarmadewiNitis
Ещё видео!