Ni Putu Anisa Prema Anjani (16) tampak merunduk dengan tatapan kosong usai melaksanakan ritual guru piduka di Pura Luhur Tanah Lot, Tabanan, Selasa (21/8).
Anisa harus menggelar guru piduka akibat sering mengalami kerauhan dan mendengar nyanyian diiringi gamelan Nyi Roro Kidul setelah pementasan tari Rejang Sandat Ratu Segara di Tanah Lot, Sabtu (18/8) sore.
Anisa merupakan salah satu siswi kelas IX SMPN 4 Kediri yang menjadi penari Rejang Sandat Ratu Segara.
Pementasan tarian yang digagas Bupati Tabanan Eka Wiryastuti itu pun diwarnai kerauhan puluhan penari.
Tiga hari setelah pementasan yang diikuti 1.600 penari itu, Anisa dan juga sejumlah penari lainnya kembali mengalami kerauhan di sekolahnya, Selasa (21/8).
Puluhan penari lain dari sekolah lainnya juga mengalami hal serupa pada Senin (20/8).
Orangtua Anisa pun khawatir dengan kondisi ini, hingga meminta penggagas tarian sakral ini yakni Bupati Eka untuk bertanggung jawab.
“Semoga lain kali tidak terjadi lagi, ini menjadi pengalaman. Dan saya minta Buk Eka (Bupati Tabanan) bertanggung jawab. Karena saya ini orang miskin, apalagi saya harus nebusin buat banten, habis tabungan saya,” tegas ibu Anisa, Ni Ketut Sudarmi, saat dijumpai usai melaksanakan ritual guru piduka.
Menurutnya, jika tarian ini merupakan tarian sakral, seharusnya tidak boleh diumbar sembarangan. Tarian sakral dilaksanakan pada saat upacara keagamaan.
“Jika dilakukan saat upacara keagamaan, dari pemangku kan bisa menyiapakn sarana dan prasarana yang harus dilengkapi sehingga tidak terjadi hal seperti ini,” jelasnya.
Dikatakan Sudarmi, anaknya kerap mendengar bisikan-bisikan nyanyian dan gamelan seperti saat pementasan Tari Rejang Sandat Ratu Segara.
Bahkan, saat mengalami kerauhan di sekolah, anaknya kerap teriak-teriak histeris hingga meloncat.
Selain itu, Anisa juga kerap meminta untuk menari kembali di Pantai Tanah Lot.
“Anak saya kerap mendengar bisikan gamelan saat di rumah, bahkan di sekolah dia mengalami kerauhan. Dengan peristiwa ini, kami berharap agar tidak terulang kembali,” harap perempuan yang tinggal di Banjar Dukuh, Desa Nyambu, Kediri, Tabanan.
Kepala SMPN 4 Kediri, Dewa Nyoman Sarjana pun membenarkan adanya peristiwa kerauhan yang terjadi di sekolah.
Kerauhan dialami oleh siswi yang ikut dalam pementasan Tari Rejang Sandat Ratu Segara pada Sabtu sore.
“Ya ada kerauhan, dan sudah ditangani dengan nunas tirta wangsupadan ke Tanah Lot. Kami juga sudah ngaturan pejati di Padmasana sekolah. Kemudian siswi yang kerauhan kami perciki tirta dan saya suruh pulang agar tidak memengaruhi yang lainnya,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (21/8).
Sarjana menyebutkan siswi yang mengalami kerauhan sebanyak 5 orang. Namun, ia tak mengetahui pasti jumlahnya, sebab siswi yang kerauhan kemudian terpencar baik ada yang diajak pulang oleh orangtuannya dan sebagainnya.
“Info dari Wakasek saya ada lima orang yang kerauhan, mungkin sudah ada yang pulang dengan orang tuannya juga. Karena saat itu (terjadinya kerauhan) saya masih di tempat workshop,” katanya.
Dewa Sarjana menyebutkan, siswi yang mengikuti pementasan sebanyak 50 orang, dan justru usai pementasan di Tanah Lot tersebut para siswinya tidak mengalami kerauhan.
“Saat usai pentas masih aman-aman saja kok,” terangnya.
Menurut dia, karena aura yang sangat magis para siswi yang mengalami kerauhan mungkin disenangi.
“Ini mungkin menjadi pelajaran, kedepannya istilahnya perlu pengacep dan upakara yang lebih lengkap agar tidak terjadi hal seperti ini,” harapnya.
Baca berita selengkapnya di [ Ссылка ]
Kunjungi juga:
WEB: [ Ссылка ]
FB: [ Ссылка ]
IG: [ Ссылка ]
Ещё видео!