Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru
TRIBUN-VIDEO.COM - Kota Toboali, sebuah kota kecil yang berada di ujung Selatan Pulau Bangka masih banyak menyimpan misteri sejarah. Satu di antaranya dengan keberadaan Benteng Toboali atau Hej Fort Toboalij.
Di mana kawasan tersebut kini masih menyimpan cerita sejarah perkembangan timah hingga penjajahan dari zaman kolonial Belanda.
Benteng Toboali terletak di Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung.
Apabila mengunjungi benteng ini, seperti layaknya belajar sejarah.
Terdapat sisi-sisi menarik, yang belum banyak diketahui orang. Benteng tersebut terletak lebih tinggi dari Kota Toboali.
Karena berada di area perbukitan setinggi 18 meter di atas permukaan laut dan menghadap langsung ke pantai.
Di dalamnya, menyimpan sejuta sejarah bagi kabupaten yang telah terbentuk sejak 21 tahun lalu.
Mengendarai sepeda motor atau mobil, benteng ini dapat ditempuh selama 2 jam 17 menit dari pusat Kota Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jika diukur, jaraknya sekitar 126 kilometer.
Selain bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi, situs peninggalan sejarah itu bisa diakses menggunakan moda transportasi umum yakni bus angkutan kota dalam provinsi (AKDP).
Dengan hanya cukup merogoh kocek Rp40.000, masyarakat sudah bisa tiba di Kota Toboali, tepatnya di Tugu Nanas. Setelah itu, naik kendaraan roda dua menuju kawasan benteng yang berada di pusat kota dengan harga Rp10.000.
Tiba di sana wisatawan dapat menikmati keindahan hamparan pasir pantai dari atas Benteng Toboali.
Angin pantai menyentuh kulit saat pertama kali menginjakkan kaki di kawasan Benteng Toboali.
Jejak wisata yang tepat berada di ujung Kota Toboali ini memang kurang terawat.
Tangan-tangan usil dan keadaan alam yang membuat sebagian dinding benteng peninggalan penjajahan Belanda ini terlihat kusam dan terkesan banyak coretan.
Anggap saja dimakan usia, benteng yang menjadi saksi sejarah penjajahan Belanda itu semakin menua.
Wisatawan tidak perlu membayar untuk memasuki Benteng Toboali yang letaknya tepat berada di belakang kawasan Polsek Toboali.
Meski saat ini kondisinya tidak lagi utuh, lokasinya menjadi daya tarik Benteng Toboali karena pengunjung tidak hanya berwisata sejarah tetapi juga disuguhi panorama pantai yang indah dari perbukitan.
Saat menginjakkan kaki pertama kali di pintu masuknya, wisatawan disuguhkan beberapa anak tangga dan disambut sebuah benda berbentuk rudal yang berdiri ke arah langit tepat di sisi kanan benteng.
Benteng yang dibangun pada tahun 1825, berdiri di atas sebuah bukit kecil di bibir Pantai Toboali dan memiliki tinggi sekitar 18 meter dari permukaan laut. Benteng berukuran luas sekitar 54x32 meter dan menghadap ke Utara Kota Toboali ini ditumbuhi rumput liar dan sebagian dinding ruangan banyak yang roboh.
Hal itu diketahui dari sebuah gambar rencana pembangunan benteng yang tertulis tahun 1825. Diperkirakan, tujuan pembangunan Benteng Toboali adalah sebagai bentuk pertahanan tentara Belanda dan pelindung kepentingan Belanda di wilayah Bangka Selatan, terutama berkaitan dengan penguasaan pertambangan timah.
Pasalnya, pada 2 Juni 1722, Belanda memperoleh hak istimewa untuk memonopoli perdagangan timah dari Kesultanan Palembang.
Setelah itu, terjadi “perang timah” antara penduduk setempat, Belanda, dan etnis-etnis pendatang, sehingga Belanda merasa harus mempertahankan kepentingannya dengan membangun benteng. Benteng Toboali berdiri di lokasi yang sangat strategis, yakni di atas bukit dan dekat dengan pantai, sehingga Belanda mudah untuk mengawasi lalu lintas laut.
Jika kita bergeser ke ujung sudut benteng dan melihat ke arah bawah, wisatawan dapat menemukan hamparan pasir pantai yang menandakan ujung Kota Toboali.
Bergeser di sebelah Barat benteng, pengunjung dapat melihat kawasan pemukiman serta barisan perahu nelayan.
Di dalam benteng, tepatnya bagian kiri, kita akan melihat tujuh ruangan yang berbentuk mirip sebuah kediaman atau kamar-kamar kecil.
Menurut cerita masyarakat, dahulunya kamar-kamar tersebut digunakan sebagai gudang, barak prajurit dan ruang administrasi keuangan, penjagaan serta dapur dan tempat menyimpan makanan inspektur benteng dan prajurit-prajurit Belanda saat itu.
Tepat di bagian tengah benteng, terdapat meja dan kursi-kursi yang terbuat dari bahan batu yang konon dulunya dijadikan sebagai tempat berkumpul prajurit serta bertemu saat menyantap makanan.
Keindahan Benteng Toboali saat ini dapat dikatakan telah memudar, setelah sekian lama tidak digunakan. Saat ini hampir semua bangunannya sudah tidak beratap dan sebagian dindingnya telah roboh atau dililit akar pohon.
Sebagai benteng pertahanan, Benteng Toboali dilengkapi dua bastion atau menara pemantau.
(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
Program: Local Experience Travel
Video Production: Muh Rosikhuddin
Ещё видео!