TRIBUN-VIDEO.COM - TNI mengerahkan satuan-satuan "pemburu" untuk mengejar kelompok Mujahidin Indonesia Timur ( MIT) yang dipimpin Ali Kalora.
Pasukan TNI yang terdiri dari Komando Strategi Angkatan Darat, Marinir, dan Pleton Pengintai Keamanan pun didatangkan ke Sulawesi Tengah, khusus memburu kelompok yang dipimpin Ali Kalora.
Pasukan khusus yang diturunkan ini diharapkan akan membantu memperkuat pasukan Satuan Tugas Tinombala yang ada selama ini.
Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf mengatakan penambahan pasukan ini, diharapkan pengejaran kelompok Ali Kalora semakin efektif.
Menurutnya, selama ini sinergi TNI dan Polri dalam memburu kelompok teroris cukup efektif mendesak pergerakan kelompok Ali Kalora.
Hal ini terlihat dari pergerakan kelompok ini yang terus berpindah, dari Kabupaten Parigi Moutong hingga ke Kabupaten Sigi.
"Selama ini kan dia seolah-olah menguasai Poso. Sebenarnya tidak ada kehebatan mereka kecuali mereka sangat menguasai medan. Karena Ali Kalora itu dulunya bekas penebang kayu, sehingga dia menguasai jalur-jalur di dalam hutan," jelas Farid.
Jika menyebut Marinir dan Kostrad, rasanya publik sudah tak perlu diberi tahu tentang kehebatan dan sepak terjang pasukan dari TNI AL dan TNI AD tersebut.
Namun tidak demikian dengan Tontaikam atau Pleton Pengintai Keamanan.
Satuan ini masih terdengar asing bagi orang awam.
Dibentuk pada tahun 1992, Tontaikam memiliki kemampuan untuk menyajikan Intelijen dalam rangka mendukung tugas Brigif, baik dalam operasi intelijen, operasi tempur, baik dalam pembinaan teritorial maupun operasi bantuan.
Pasukan ini juga dibentuk untuk membantu tugas Brigif khususnya menangani masalah keamanan di daerah – daerah tertentu yang sangat sulit dijangkau kendaraan besar dan harus dijangkau dengan motor serta perlu segera penanganan secara cepat dan tepat.
Tontaikam ini diharapkan juga mampu memberikan efek tekanan psikologis kepada para pengacau keamanan.
Dalam melakukan pengejaran, pasukan memiliki banyak kendala yang dialami.
Asisten Kapolri bidang Operasi, Irjen Imam Sugianto menyampaikan kesulitan yang paling mencolok adalah letak geografis daerah pelarian pelaku yang memasuki pegunungan dan hutan di Sigi.
"Tingkat kesulitannya tinggi terutama geografi di Sulawesi Tengah. Operasi kami optimalkan dan coba kami evaluasi untuk diubah," kata Irjen Imam kepada wartawan, Selasa (1/12/2020).
Untuk mengantisipasi kesulitan yang dihadapi, operasi akan terus dioptimalkan dan dievaluasi.(Tribun-Video.Com/Tribunpalu.com)
Sumber:[ Ссылка ]
Editor: Imam Saputro
Sumber: Tribunnews.com
Ещё видео!