INVESTIGASINEWS.CO
SIAK. Istana Siak Sri indrapura adalah kediaman resmi Sultan Siak yang memiliki luas 32.000 meter. Istana ini sudah ada sejak tahun 1.723. Arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa.
Pada lantai bawah ada 6 ruangan yang difungsikan sebagai ruang tunggu tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu perempuan, ruang tamu kerajaan yang juga difungsikan sebagai ruang pesta.
Sementara untuk lantai atas terdiri atas 9 ruangan yang berfungsi sebagai tempat istirahat Sultan serta para tamu istana.
Apabila Anda pergi ke bagian kiri belakang istana, Anda akan menemukan bangunan kecil yang dulunya digunakan sebagai penjara sementara. Selain itu, juga ada “Kapal Kato“ yang dulunya digunakan Sultan untuk mengunjungi daerah-daerah kekuasaannya.
Memasuki bagian dalam Istana Siak Sri Indrapura, Anda akan menjumpai banyak barang peninggalan yang masih terawat dengan baik.
Disini Anda bisa menemukan peninggalan berupa cermin Kristal di salah satu sisi bangunan. Konon katanya, cermin tersebut dapat membuat Anda selalu terlihat cantik dan awet muda.
Untuk memasuki Istana Siak Sri Indrapura, Anda akan mengenakan biaya retribusi sebesar Rp 10.000 / orang untuk dewasa dan Rp 5.000 / orang untuk anak-anak. Istana yang kini dikelola oleh Pemda Kabupaten Siak ini buka untuk umum setiap hari pukul 09.00-17.00 WIB.
Istana Kerajaan Siak saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi peninggalan kerajaan antara lain:
Mahkota Kerajaan.
Mahkota kerajaan dibuat semasa pemerintahan Sultan Siak X, Assyaidis Syarif Kasim Syaifuddin (Syarif Kasim I), Mahkota ini berlapis emas dan bertaburkan permata, mahkota yang asli terdapat di Museum Nasional Jakarta.
Singgasana Kerajaan.
Kursi keemasan yang penuh dengan ukiran yang indah dari bahan kuningan berbalut emas (yang pernah hilang dan dikonservasi kembali oleh Museum Nasional Jakarta).
Koleksi Foto-foto.
Kumpulan foto-foto Raja/ Sultan dan keluarga beserta kerabat-kerabat kerajaan dan tokoh-tokoh Kerajaan Siak di masa lalu.
Meja marmer yang bisa tembus cahaya diimpor dari Italia, marmer biru yang jadi hiasan dinding didatangkan dari Turki, peralatan makan yang dipesan khusus dari Eropa dengan cap lambang kerajaan Siak, serta mangkok porselen dari Tiongkok yang dapat jadi penawar racun.
Komet.
Ada pula Komet buatan Jerman pada 1890-an yang hanya ada dua di dunia, satu di Jerman, satu di Siak. Alat pemutar musik berukuran 1x1x3 meter ini sejenis fonograf dengan piringannya berupa lempengan baja berdiameter 1 meter. Sultan Hasyim membawa pulang dari lawatannya ke Eropa. Bagian bawah Komet, berisi lempengan baja dengan titik-titik timbul.
Komet berisi lagu-lagu dari komponis terkenal, seperti Beethoven, Mozart, Bach, dan Strauss.
Kursi Kristal.
Letaknya ditengah ruang bagian belakang yang berjumlah 10 unit dengan meja panjangnya 1 unit.
Cermin Kristal.
Cermin ini merupakan salah satu koleksi favorit wisatawan ketika berada dalam Istana Siak. Konon kabarnya, sebelum bercermin di kaca ini terlebih dahulu membasuh muka di air perigi (sumur) belakang Istana sambil bersalawat maka akan menyalakan aura kecantikan dan awet muda serta berseri layaknya seorang permaisuri. Cermin ini terbuat dari kristal berdesain mewah yang dibeli Sultan Siak XI (Sultan Syarif Hasyim) saat berkunjung ke Eropa sebagai hadiah untuk pemaisurinya.
Lambang dan Bendera Kerajaan.
Bermotif kepala naga dan diatasnya terdapat kalimat ALLAH serta kaligrafi Muhammad.
Misteri Brankas Istana.
Istana Siak menyimpan cerita menarik tentang brankas istana yang besarnya 1x2x1 meter. Kepala rumah tangga istana bernama Wak Molan (1889-1945) adalah orang kepercayaan Sultan Syarif Kasim II dan yang memegang kunci brankas. Sepanjang hidup, Wak Molan tak pernah menceritakan kepada siapa pun, termasuk istri dan anak-anak, tentang apa isi brankas.
Ketika Wak Molan wafat, Sultan mengambil kunci itu lalu membuangnya ke Sungai Siak tanpa alasan yang jelas. Setelah itu, Sultan pergi ke Jakarta.
Sampai sekarang, tak ada yang tahu apa isi brankas dan tak ada yang bisa membukanya. Ketika dibor, malah mata bornya patah. Didatangkan dukun dari Banten, tak bisa juga. Terakhir, mesin pindai (scanner) tercanggih dari ITB juga tak dapat memindai apa yang ada di dalamnya. Padahal mesin yang sama ketika diarahkan ke lantai, bisa menangkap sampai 2 meter ke bawah.
Meriam Buntung.
Cerita menarik lain adalah tentang meriam sepanjang 1,5 meter yang pernah dicuri pada tahun 1960. Alih-alih mencurinya utuh-utuh, si pencuri memotong meriam jadi dua bagian, lalu mencuri bagian moncongnya saja dan meninggalkan bagian pangkalnya. Itu sebabnya dulu meriam ini dikenal dengan sebutan “Meriam Buntung”.
Tuah istana “bekerja” lagi. Moncong meriam ditemukan dalam sebuah kapal yang akan ke Singapura. Kapal yang membawanya tenggelam di Teluk Salak, sedangkan moncong meriam dapat diselamatkan dan dikembalikan ke Istana.***
Laporan: Komar
Sumber: Pemda siak
Editor: Redaktur INVESTIGASINEWS.CO
#istanasiak, #siak
Ещё видео!