Jika melihat di Google Maps, Jalan Daendels membentang dari daerah Brosot di Kulon Progo hingga daerah Karang Bolong di Kebumen.
Dalam buku strategi menjinakan Diponegoro (Saleh As'ad Djamhari, 2005:173), jauh sebelum menggunakan nama daendels, jalan ini dikenal dengan nama Jalan Diponegoro. Sebutan itu tidak terlepas dari peristiwa perang Jawa ketika Pangeran Diponegoro berperang melawan Belanda. Ketika Perang Jawa meletus pada tahun 1825 hingga 1830, Diponegoro kerap melewati ruas jalan ini yang termasuk wilayah Bagelen Selatan.
Bukan tanpa alasan Diponegoro memilih jalur ini sebagai rute gerilyanya.
Pada masa kerajaan Jawa abad ke-14, banayak kerajaan memanfaatkan jalan ini sebagai jalur penghubung, seperti Kediri, Majapahit, Pajang, Mataram ,Cirebon dan Demak.
Selama masa kolonial Belanda, wilayah Ambal termasuk kedalam Karesidenan Bagelen hingga akhirnya dihapus pemerintah kolonial pada 1 Agustus 1901 (Susanto Zuhid, Perkembangan pelabuhan dan Kota Cilacap Jawa Tengah 1830-1940, 1991:6). Selain Ambal, Karesidenan Bagelen juga membawahi wilayah lain, yaitu Ledok, Panjer (sekarang Kebumen), Kutoarjo.
Setiap wilayah dipimpin oleh seorang Asisten Residen, termasuk Ambal yang dipimpin oleh asisten reiden bernama Augustus Derk Daendels pada 1838 (Overzight der Reis in Nederlandsch Indie, 1838:63).
A.D. Daendels inilah yang menjadi cikal bakal adanya Jalan Daendels di pesisir Pantai Selatan Jawa.
#vlog #sejarah #jaditau #jalanjalanlagi #pengetahuan
jika suka dengan vidio ini jangan lupa LIKE & SUBSCRIBE.
TERIMAKASIH
@jogloangkringnprembun
@ganeshafood
Ещё видео!