BERKHOTBAH TANPA CATATAN, DISEBABKAN OLEH SALAH SATU ATAU SEKALIGUS, KETIGA HAL INI: MALAS, SOMBONG, ATAU TIDAK TAHU.
Menulis tapi tidak dibaca, ini juga prinsip dalam berkhotbah. Maksudnya adalah, dalam mempersiapkan khotbah kita menulis khotbah –baik keseluruhan maupun bagian besarnya saja- tetapi dalam membawakan khotbah tersebut kita tidak membaca apa yang kita tulis. Karena sebenarnya fungsi menulis adalah berbeda dengan berkata-kata atau berkhotbah. Masih terlalu banyak pengkhotbah yang menggunakan tulisan yang dibaca dalam berkhotbah. Seluruh tulisan utuh seperti sebuah artikel dibacakan utuh dalam khotbahnya. Membaca tulisan utuh ketika berkhotbah, jelas-jelas sebuah kesalahan.
Bagaimana sebaiknya? Tulisan khotbah kita secara utuh -sebaiknya adalah karya sendiri jangan kutip dari internet- sah-sah saja kita buat. Tetapi tidak berhenti sampai situ saja. Tulisan utuh tersebut sebaiknya diringkas dalam bentuk pointer atau poin-poin saja. Misalnya, tulisan utuh yang terdiri dari beberapa paragraf disingkat menjadi satu paragraf satu kalimat. Sehingga apabila tulisan utuh khotbah kita terdiri dari 12 paragraf maka pointer khotbah kita menjadi hanya 12 poin atau 12 kalimat saja.
Untuk menghindari ‘membaca renungan’ dalam khotbah sambil tetap dapat melekatkan (bukan menghafal) materi khotbah dalam benak kita, sebaiknya lakukan dua hal ini: 1) Buat tulisan utuh khotbah anda kemudian baca berulang-ulang tulisannya; 2) Ringkaskan tulisan lengkap tersebut kedalam poin-poin dalam bentuk pointer dan atau minds map atau roman room.
Metode pembuatannya akan kita bahas pada CATATAN2 berikut. Nantinya, yang ‘dibacakan’ dalam khotbah adalah yang ringkasannya bukan Tulisan utuhnya. Karena bentuk atau besar kertas ringkasannya akan disesuaikan dengan besar Alkitab atau sebesar-besarnya adalah ukuran A5 atau 14 cm x 21 cm.
#Salam_WOW
Ещё видео!