TRIBUN-VIDEO.COM - Hingga kini, ratusan tentara Ukraina masih bertahan di pabrik baja yang dikepung oleh tentara Rusia di pelabuhan Mariupol.
Mereka bertahan dengan persediaan makanan seadanya. Analisis militer menyebut, mereka tak bisa lolos dari kepungan itu.
Pilihan mereka tampaknya adalah berjuang sampai mati atau menyerah dengan harapan dapat diselamatkan di bawah ketentuan hukum humaniter internasional.
Tetapi para ahli mengatakan pasukan Ukraina tidak mungkin diberikan jalan keluar yang mudah oleh Rusia.
“Mereka memiliki hak untuk berjuang sampai mati, tetapi jika mereka menyerah kepada Rusia, mereka dapat ditahan,” kata Marco Sassoli, seorang profesor hukum internasional di Universitas Jenewa.
“Itu hanya pilihan mereka,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press, Jumat (6/5/2022)
Sassoli mengatakan, tidak boleh dikesampingkan bahwa Rusia dapat memperlakukan mereka sesuai dengan hukum internasional.
“Tidak akurat untuk mengatakan orang-orang malang di Azovstal ini tidak boleh menyerah kepada Rusia karena Rusia akan mengeksekusi atau menyiksa mereka.”
Laurie Blank, seorang profesor di Emory Law School di Atlanta yang mengkhususkan diri dalam hukum humaniter internasional dan hukum konflik bersenjata, mengatakan pejuang yang terluka dianggap "hors de combat" - secara harfiah "keluar dari pertarungan" - dan dapat ditahan sebagai tawanan perang.
“Rusia dapat membiarkan pasukan Ukraina yang terluka kembali ke wilayah Ukraina tetapi tidak diharuskan,” katanya.
Pabrik baja Azovstal yang berada di tepi laut yang luas adalah tujuan perang utama bagi pasukan Rusia. Pabrik baja ini diyakini sebagai pertahanan terakhir di pesisir tenggara Ukraina.
Istri dari setidaknya dua tentara Ukraina yang berada di dalam Azovstal memohon komunitas internasional untuk mengevakuasi tentara di sana.
Ia mengatakan mereka berhak mendapatkan hak yang sama sebagai warga sipil.
Suami Kateryna Prokopenko, Denys Prokopenko, memimpin Resimen Azov yang telah mempertahankan pabrik baja selama pengepungan Mariupol oleh Rusia. Dia menyuarakan keprihatinan pada hari Kamis (5/5/2022).
“Mereka sedang menunggu operasi evakuasi dari Eropa, atau mereka semua akan mati,” ujarnya.
Pihak berwenang Ukraina juga menuntut agar Rusia menawarkan tentara Azovstal jalan keluar yang aman - dengan senjata mereka. Tetapi para ahli mengatakan hampir tidak pernah terjadi sebelumnya, jika para tentara dibiarkan keluar dengan bebas.
“Tidak mungkin Rusia mengizinkan pasukan Ukraina meninggalkan pabrik dengan senjata mereka dan tidak ada undang-undang yang mengharuskan itu,” kata Blank.
Sebaliknya, militer Rusia telah meminta pasukan di dalam Azovstal untuk meletakkan senjata mereka dan keluar dengan bendera putih.
Dikatakan mereka yang menyerah tidak akan dibunuh, sesuai dengan hukum internasional.
“Mereka sedang menunggu operasi evakuasi dari Eropa, atau mereka semua akan mati,” ujarnya.
Pihak berwenang Ukraina juga menuntut agar Rusia menawarkan tentara Azovstal jalan keluar yang aman - dengan senjata mereka. Tetapi para ahli mengatakan hampir tidak pernah terjadi sebelumnya, jika para tentara dibiarkan keluar dengan bebas.
“Tidak mungkin Rusia mengizinkan pasukan Ukraina meninggalkan pabrik dengan senjata mereka dan tidak ada undang-undang yang mengharuskan itu,” kata Blank.
Sebaliknya, militer Rusia telah meminta pasukan di dalam Azovstal untuk meletakkan senjata mereka dan keluar dengan bendera putih. Dikatakan mereka yang menyerah tidak akan dibunuh, sesuai dengan hukum internasional.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Tentara Ukraina di Pabrik Baja Mariupol Diberi Dua Alternatif, Melawan Sampai Mati atau Menyerah, [ Ссылка ].
Video Production: Muhammad Askarullah
#InvansiRusia #Perang #KonflikRusia-Ukraina #Rusia #Ukraina #Short
Ещё видео!