Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa kekuatan sosio-kultural memiliki peran yang tak ternilai dalam proses pendidikan. Kekuatan sosio-kultural memiliki dampak yang besar dalam membentuk karakter dan laku anak-anak.
Maka pendidikan di Indonesia kerap kali menerapkan sosio-kultural dalam pembelajaran karakter siswanya. Hal tersebut juga menjadi salah satu upaya untuk mengurangi pengaruh budaya asing yang sulit untuk dihindari .
Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Lampung yang dibahas dari salah satu falsafaf Pi’il Pesenggiri adalah Pokok Ajaran Sakai Sembayan.
Salah satu tradisi/ Kultural Masyarakat Adat Lampung yang memegang Pokok Ajaran Sakai Sembayan adalah tradisi
Tetulungan/ Nyakai/ Manjau.
Tetulungan/ Nyakai/ Manjau merupakan tradisi adat istiadat orang Lampung dalam bergotong royong baik dalam bidang mata pencaharian hidup, kemasyarakatan, dan pelaksanaan upacara adat.
Kekuatan pemikiran KHD yang dapat menebalkan laku murid di kelas atau sekolah sesuai dengan konteks sosial budaya di daerah Lampung yaitu kekuatan Budi Pekerti KHD tentang nilai-nilai kemanusiaan yang merupakan sikap kepedulian, solidaritas, kerja sama, bersosial hingga gotong royong yang merupakan karakter manusia dan juga masuk dalam Prinsip Hidup Masyarakat Adat Lampung dalam Pil Pesenggiri pada pokok ajaran ‘Sakai Sembayan‘ yaitu salah satunya dalam tradisi tetulungan/ manjau/ nyakai.
Melalui kegiatan piket kelas, kerja bakti di sekolah, kerja kelompok/ diskusi di kelas, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan kepanitiaan, karakter suka bergotong royong dapat ditebalkan.
Ещё видео!