KOMPAS.TV - Menjaga kestabilan pasokan energi untuk masyarakat, tetapi wajib menekan polusi karbon.
Ini adalah amanat Presidensi G-20 di sektor energy.
Pertamina menempuh dua jalur, yaitu mempertahankan produksi yang ada tetapi ditekan emisinya sekaligus pengembangan energi baru terbarukan yang memang sudah rendah emisi.
Transisi energy, tepatnya pemanfaatan energi yang lebih rendah polusi menjadi salah satu poin yang sangat dibahas selama Presidensi G-20 Indonesia.
Perusahaan Migas terbesar di Indonesia, yaitu Pertamina menempuh dua jalur sekaligus, yaitu mengurangi emisi karbon dengan teknologi bernama CCS atau CCUS dan juga pengembangan energi baru-terbarukan.
Sampai tahun 2060, Pertamina menargetkan penurunan karobondioksida alias CO2 sebanyak 81,4 juta ton.
Ini sejalan dengan target pemerintah mengurangi emisi karbon tahun 2030 sebanyak 29 persen dengan kemitraan global.
Wujud konkret menekan emisi gas rumah kaca, Pertamina menempuh produksi dengan cara baru, yaitu Enhanced Oil Recovery atau EOR.
Sesuai dengan peta kerja, sumur di lapangan Pertamina EP Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat menjadi tempat uji coba pertama.
Strategi ini tidak hanya mengoptimalkan produksi tetapi sekaligus menekan karbon ke lingkungan.
Transisi energi menjadi keniscayaan demi lingkungan yang lebih rendah polusi, tetapi caranya benar-benar mesti halus agar tidak ada guncangan yang dirasakan oleh masyarakat.
Artikel ini bisa dilihat di : [ Ссылка ]
Ещё видео!