Kami ingin memberitahumu tentang sebuah kisah..
Tentang kekuatan dan hegemoni di lautan..
Tentang sebuah nama yang dulu pernah masyhur di selat malaka..
Nama yang melegenda dalam syair zapin melayu..
Laksamana Raja Dilaut..
Cerita ini berawal setelah 44 tahun Kesultanan Siak Sri Indrapura berdiri di Mempura..
Saat Sultan Muhammad Abdul Jalil Alam Syah memberikan gelar Datuk Laksamana kepada Encik Ibrahim di tahun 1767. Gelar ini sekaligus titah dari Sultan untuk mengawasi dan menjaga keamanan pesisir selat malaka dari musuh yang menyerang dari lautan
Sejak saat itu tradisi kelaksamanaan bermula di Bukit Batu, tempat para laksamana bermukim..
Tradisi yang berlangsung sepanjang 161 tahun..
Kami akan menelusuri jejaknya...
Laksamana Raja Dilaut..
sedikit kisah tentang tokoh ini pernah dinukilkan dalam lagu yang dinyanyikan oleh Iyeth Bustami dengan judul Laksamana Raja Dilaut.
Bukit Batu adalah sebuah kawasan di laut Selat Bengkalis, disanalah Laksamana Raja Dilaut I hingga Laksamana Raja Dilaut IV bermukim, karena itulah dalam lagu Laksamana Raja Dilaut Ia disebut bersemayam di Bukit Batu.
Sejak tahun 1767 hingga 1908 Kesultanan Siak Sri Indrapura telah melantik 4 orang Laksamana.
Terdapat keunikan dalam pemberian jabatan Laksamana Raja Dilaut, dimana jabatan ini diberikan secara turun temurun dari Laksamana Raja Dilaut I hingga Laksamana Raja Dilaut IV. Inilah bedanya jabatan panglima perang di kerajaan Siak pada masa itu dengan jabatan panglima perang kerajaan-kerajaan di Nusantara pada umumnya yang diberikan atas jasa atau kualifikasi militer yang dimiliki seseorang, bukan berdasarkan keturunan.
Hingga akhir abad ke-18, Kesultanan Siak Sri Indrapura telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera, wikipedia mengutip tulisan Barnard TP yang mengatakan bahwa pengaruh Kesultanan Siak Sri Indrapura menjangkau hingga ke Trengganu, Jambi, Palembang, Langkat, Deli dan Serdang.
Dengan wilayah jangkauan yang sangat luas tersebut maka dapat disimpulkan peran seorang Laksamana sebagai pemimpin armada militer tentu sangat signifikan.
Bukti dari peninggalan sejarah Laksamana Raja Dilaut saat ini, dapat dilihat di Bukit Batu, terutama peninggalan Laksamana Raja Dilaut IV. Rumah kediaman laksamana, masih terawat hingga sekarang, namun sayangnya di rumah tersebut tidak banyak lagi benda-benda peninggalan yang dapat kita lihat, sebab sebagian besar dibawa oleh ahli warisnya yang kebanyakan tidak lagi bertempat tinggal di Bukit Batu. Akan tetapi kita masih bisa menemui dua pucuk Meriam yang terpasang di halaman rumah peninggalan Laksamana Raja Dilaut IV tersebut .
Deretan meriam-meriam berbagai ukuran juga bisa dilihat di muara sungai bukit batu, yang menandakan bahwa daerah ini pernah menjadi markas angkatan perang kerajaan Siak 300 tahun lalu.
Selain peninggalan Rumah dan Meriam, bukti lainnya yaitu berupa Makam Para Laksamana,
Makam Laksamana Raja Dilaut IV terdapat tidak jauh dari rumah peninggalan Laksamana Raja Dilaut IV yang berjarak sekitar 100 meter, tepatnya di Masjid Jami’ Al-Haq Datuk Laksamana Raja Dilaut.
Sedangkan makam Laksamana Raja Dilaut I, II, dan III berada dilokasi yang berbeda dan lumayan jauh dari pemukiman warga, yaitu didaerah Pangkalan Gajah, dan Teluk Belanga.
Namun ada hal yang membuat lelah perjalanan menuju Makam Laksamana Raja Dilaut yang dilalui dengan menempuh jalan tanah tersebut, sirna seketika melihat pemandangan sungai berair hitam yang eksotik dengan hembusan angin sepoi-sepoi, mereka menamakannya blackriver (sungai hitam).
Satu hal lainnya yang memberi kesan berbeda adalah, kawasan pemakaman para Laksamana Raja Dilaut yang juga dikelilingi oleh ratusan makam-makam tua yang berusia ratusan tahun yang diteduhi oleh rerimbunan pepohonan yang cukup tua. Hhmm.. suatu pengalaman baru tentunya bagi para peziarah yang ingin kesini.
Sore itu kami melepas lelah di muara sungai bukit batu yang temaram, disini kita masih bisa menemukan jejak jejak kekuatan perang Laksmana Raja Dilaut yang masih tersisa berupa meriam- meriam yang dulu terpasang di muara ini. Konon masih ada meriam-meriam yang tenggelam di muara sungai bukit batu yang berlumpur.
Ternyata laksamana raja dilaut bukan sekedar lantunan syair pelipur hati dan pelipur lara,
Ia adalah kisah menyejarah yang jejaknya masih bisa dilihat dengan jelas..
Demikian sahabat, Jejakata menguraikan jejak syair Lagu Laksamana Raja Dilaut yang dipopulerkan oleh Iyeth Bustami, semoga bisa memberikan khazanah pengetahuan bagi sahabat Jejakata. Bye bye..
Ещё видео!