Peluru yang ditembakkan ke udara memang dapat jatuh kembali ke bumi dan menimbulkan risiko serius, termasuk kematian. Ketika peluru ditembakkan ke atas, ia akan mencapai titik tertinggi dan kemudian jatuh kembali ke bawah karena gravitasi. Meskipun peluru tersebut kehilangan sebagian energinya saat naik, ia tetap dapat mencapai kecepatan yang cukup tinggi saat jatuh—yang, menurut beberapa sumber, bisa mencapai 220 km/jam atau lebih, tergantung pada jenis peluru dan sudut tembakannya.

Risiko terbunuh oleh peluru yang jatuh ini memang lebih besar dibandingkan dengan tertembak peluru dari arah depan secara langsung karena peluru yang jatuh cenderung mengenai kepala, yang merupakan area vital dan kurang terlindungi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Sementara itu, peluru yang ditembakkan dari depan lebih mungkin mengenai bagian tubuh yang lebih besar dan mungkin tidak langsung fatal.

Berbagai penelitian dan laporan telah mendokumentasikan kasus-kasus di mana peluru yang ditembakkan ke udara menyebabkan kematian atau cedera serius ketika jatuh kembali ke tanah. Misalnya, sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 118 orang dirawat karena mengalami luka akibat terkena peluru yang jatuh antara tahun 1985 hingga 1992, dan 38 di antaranya meninggal dunia¹. Insiden serupa juga tercatat di berbagai belahan dunia lainnya, menegaskan bahwa praktek menembakkan peluru ke udara adalah sangat berbahaya dan harus dihindari¹.

Source:
(1) Bahaya tembakan ke udara - BBC News Indonesia. [ Ссылка ].
(2) Kasus Alec Baldwin: Kenapa Peluru Kosong Berbahaya dan Apa Itu Senjata .... [ Ссылка ].
(3) Luka Tembak - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter. [ Ссылка ].
(4) Pertolongan Pertama Terkena Benda Tumpul | Hello Sehat. [ Ссылка ].

свернуть