Saung Bahagia di Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat bisa menjadi alternatif liburan bersama dengan keluarga yang aman dan nyaman, komunitas HVC Jonggol mengenalkan saung bahagia melalui event Rembug Jawara, (Selasa, 29/12). Jauh dari keramaian dan pusat kota, dengan alam yang sejuk serta harga yang terjangkau hingga masyarakat bisa ngeliwet maupun berkemah di lokasi tersebut
Langit mulai teduh di Desa Sirnajaya, Sukamakmur, Bogor. Angin gunung bertiup kencang, membawa gumpalan awan hitam melayang menjauh ke arah timur. Burung-burung terbang pulang ke sarang. Lampu-lampu rumah mulai dinyalakan. Hari beranjak Maghrib.
Saya duduk di lantai papan beralas karpet di dalam warung, bersandar di dindingnya. Seluruh bangunannya terbuat dari kayu. Dindingnya setinggi hanya 60 cm sehingga pemandangan di luar bisa terlihat dengan jelas, kecuali menghadap ke bagian dapur. Warung itu berdiri di tepian sungai berbatu dan berair jernih. Suara gemericik air terdengar menenangkan.
Di seberang warung ada bangunan beratap mirip rumah joglo. Bagian teras terbuka lebar sehingga pengunjung bisa menikmati pemandangan sawah di sekitarnya. Di belakangnya ada kolam ikan. Airnya mengalir tanpa henti sepanjang tahun. Halamannya bisa menampung hingga 6 buah mobil.
Warung itu milik Enjih, 45 tahun. Juga rumah di depannya. Lelaki itu memulai usahanya sejak Desember 2017. Karena letaknya persis di jalan menuju lokasi wisata Situ Rawa Gede yang lebih dulu populer, maka bisnis keluarga itu maju dengan pesat. Letak persisnya di Kampung Legok Nyenang, Desa Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Bogor.
Pada mulanya pengunjung hanya mampir ketika dalam perjalanan menuju atau pulang dari pelesir di wisata air tersebut. Lama kelamaan, warung Enjih yang menjadi tujuan. Bukan lagi tempat mampir. Banyak yang sering menginap dan tidur beralaskan karpet di teras rumah. Atau membuka tenda di halaman. Mereka bangun pagi hari dan menikmati suasana desa yang letaknya tidak jauh dari kota. Banyak yang berasal dari Jakarta dan Bogor. Tidak sedikit juga yang dari Bekasi dan Karawang.
Hidangan yang disajikan terbilang sederhana. Hanya ayam, ikan, telur, tempe dan tahu goreng. Tentunya dilengkapi dengan sambal terasi dan lalapan. Juga sayur asam. Untuk malam hari, biasanya mie rebus mendominasi. Karena cepat saji. Namun karena dinikmati di tengah suasana pedesaan, semuanya terasa lebih nikmat.
Dalam menjalankan usahanya, Enjih dibantu oleh Kanih, istrinya. Perempuan berusia 38 tahun itu cekatan memasak dan menyuguhkan hidangan untuk tamu. Rani, anaknya juga ikut membantu. Rani bahkan selalu siap di dapur. Berjaga jika ada tamu yang kelaparan di tengah malam.
Malam itu saya terlelap di dalam sleeping bag yang selalu menemani dalam setiap perjalanan bermotor ke luar kota. Gemericik air dan suara serangga jadi pengantar tidur yang sempurna.
Ketika bangun pagi hari, mata dimanjakan oleh cahaya kemerahan di ufuk timur. Matahari menyembul dari balik gunung. Kicau burung ikut memeriahkan suasana yang memang membahagiakan. Itu sebabnya tempat ini diberi nama Saung Bahagia.
Untuk segala kemewahan itu, pengunjung hanya membayarkan harga makanan dan minuman. Enjih dan Kanih tidak memungut bayaran untuk tempat menginap. Namun demikian, mereka akan menerima segala bentuk pemberian.
“Seikhlasnya saja”, pungkas Enjih.***
#gowespiknik #wisatabogor #wisatagunung #montainbike
Ещё видео!