JAKARTA, KOMPAS.TV - Tindak tanduk penguasa yang punya jabatan tidak bisa diterjemahkan sembarangan. Berbagai aktivitas bisa dikaitkan dengan eksistensinya dalam meraup simpati warga, yang meski kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) baru akan dilangsungkan pada 2024 namun harus sudah dimulai sejak sekarang. Banyak dari kepala daerah juga berpeluang besar maju dalam Pilpres tersebut. Maka tak heran, dalam banyak survei memunculkan banyak nama-nama potensial untuk Capres 2024.
Dalam survei yang dilakukan Indobarometer pada Februari lalu, nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Anies Baswedan menduduki peringkat pertama dan kedua dengan elektabilitas tinggi. Begitu pula dengan hasil survei Charta Politika yang dirilis pada Juli lalu. Nama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan kembali muncul yang diikuti dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sementara hasil survei Indikator Politik yang baru dikeluarkan pada Oktober lalu, Ganjar Pranowo menempati posisi paling atas sebagai Capres terkuat jika Pilpres diadakan saat ini juga. Hal yang sama pada hasil survei ketiganya adalah, tiga nama yang selalu bersaing ketat memiliki elektabilitas tinggi.
Lantas, apa sebab para tokoh ini selalu tinggi dalam survei? Tak disangka, sepak terjang mereka di tiga kejadian besar belakangan ini mampu menarik perhatian publik. Apakah kejadian ini menjadi "kode keras" dalam keseriusan maju menjadi Capres pada Pilpres 2024 mendatang? Jurnalis KompasTV Aiman Witjaksono mencoba menerjemahkan "kode keras" ini dengan mewawancarai sejumlah politisi dan analis politik. Apa yang mereka sampaikan?
