TRIBUN-VIDEO.COM - Suasana puasa Ramadan di tengah perang yang sulit pada tahun ini harus dirasakan oleh seluruh umat muslim di Ukraina.
Diketahui, bom jatuh di negara itu dan jam malam diberlakukan.
Oleh karena itu, hal ini membatasi pergerakan di malam ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa.
Dikutip dari Kompas.com melansir dari Al Jazeera pada Minggu (3/4/2022), seorang Ketua Liga Muslim Ukraina, Niyara Nimatova membenarkan hal itu.
Seperti diketahui, perang dengan Rusia di negara itu terus berkecamuk.
Namun, banyak yang berencana menggunakan musim amal untuk mengumpulkan uang guna mendukung mereka yang membutuhkan.
“Kami harus menyesuaikan semuanya,” kata Niyara.
Ia mengatakan, pada hari pertama bulan puasa dia berencana menyiapkan makan malam berbuka puasa.
Dia menyampaikan akan mempersiapkan semua dengan sekelompok keluarga pengungsi.
Diketahui, ada beberapa muslim Ukraina yang tinggal bersamanya di Islamic Center di Chernivtsi.
Dikatakan olehnya, banyak muslim yang pergi ke luar negeri.
Sedangkan, mereka umat muslim yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan.
“Banyak Muslim pergi ke luar negeri dan mereka yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan,” katanya.
Disisi lain, lima minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina, lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Dikabarkan, menurut PBB termasuk sekitar empat juta orang yang melarikan diri ke luar negeri.
Bahkan, umat Muslim membentuk sekitar satu persen dari populasi Ukraina, yang mayoritas beragama Kristen Ortodoks Ukraina.
Sebelum perang, Ukraina adalah rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, serta sejumlah orang Turki, terutama Tatar Crimea.
Persiapan untuk Ramadhan tahun ini pun sulit dan emosional.
Diketahui, banyak orang yang harus jauh dari rumah dan jaringan dukungan komunitas hingga teman-temannya.
Kendati demikian, tak sedikit umat muslim yang bertekad untuk memanfaatkan periode perayaan dengan berbagi makanan dan menyantuni anak yatim.
“Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” katanya.
Sebagai informasi, seorang penjual gorden Turki yakni Isa Celebi turut merasakan dampak perang tersebut.
Ia mengatakan, perang sangat mempengaruhi para warga sipil di Ukraina yang tengah berjuang untuk bertahan hidup.
Bahkan, bisnis yang dijalankan telah sepenuhnya berhenti.
Kendati demikian, pihaknya tetap membantu 1.000 anak yatim yang tinggal di dekat Biara Kenaikan Suci Cernivtsi, Banchenskyy.
Sementara pada awal perang, Celebi membantu mengevakuasi 400 orang Turki, Muslim, dan Ukraina dari kota kelahirannya Vinnytsia, Ukraina barat, hingga ke luar negeri.
“Perang sangat mempengaruhi kami dan kami berjuang untuk bertahan hidup. Bisnis saya telah sepenuhnya berhenti. Tapi saya percaya kita akan melihat akhir, mungkin dalam satu tahun, mungkin dua, tetapi hari-hari baik akan kembali. Itu sebabnya saya tidak akan meninggalkan negara ini,” ujarnya.
(Tribun-Video.com/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Muslim Ukraina Rayakan Ramadhan di Tengah Perang, Berbagi Roti dan Santuni Yatim".
[ Ссылка ]?
Ещё видео!