JAKARTA, KOMPAS.TV - Hanya dalam sepekan terakhir, kasus covid-19 di Jakarta, melonjak drastis.
Dari data yang tercatat di BNPB, 10 Juni lalu, kasus harian covid-19 di Jakarta masih berkisar di angka 2.091.
Namun, selang dua hari, angkanya terus naik, menjadi 2.255, lalu naik lagi menjadi 2.722, lalu 2.376, dan yang paling mengkhawatirkan, angkanya naik dua kali lipat, menjadi 4.144 pada 17 Juni kemarin.
Jumlah kasus ini, adalah jumlah kasus tertinggi kedua sejak pandemi di Ibu Kota, setelah yang puncak tertinggi terjadi pada 7 Februari 2021, dengan 4.213 kasus.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kini covid-19 semakin banyak menyerang anak usia balita, hingga 18 tahun.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mencatat, dari sekitar 22.000 kasus aktif di Ibu Kota, 10 persennya, memiliki gejala berat dan kritis.
Imbas lonjakan drastis serta meningkatnya tren covid19 pada anak, juga varian baru virus Sars CoV-2 penyebab covid-19, Pemprov DKI Jakarta pun memutuskan untuk menghentikan sementara uji coba pembelajaran tatap muka di Ibu Kota.
Perkantoran di Jakarta juga diwajibkan menerapkan kebijakan 75 persen pegawai work from home, atau bekerja dari rumah.
Namun wacana menarik rem darurat, di tengah Jakarta yang genting akibat covid-19, masih menunggu evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berskala mikro yang masih berjalan.
Epidemiolog menyebut, tingginya temuan kasus covid-19 bukan berarti hal yang buruk, karena itu artinya, respons terhadap pandemi, berupa upaya testing dan tracing dilakukan dengan baik.
Untuk menekan angka kematian akibat covid-19, pemprov DKI Jakarta juga akan mengebut vaksinasi massal minimal 100 ribu suntikan per hari.
