Panah bisa dibilang sebagai senjata tradisional global yang dikenal luas oleh masyarakat dunia. Namun, kini sangat jarang masyarakat yang mau dan mampu melestarikan panahan tradisional.
Namun, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya sanggup melestarikan panahan tradisionalnya yang dikenal dengan nama Jemparingan.
Salah satu komunitas yang hingga kini masih melestarikan tradisi Jemparingan diantaranya 'Paguyuban Mardisoro'.
Bahkan, mereka mengadakan lomba rutin sebagai salah satu motivasi agar para penghoby atau 'pandemen Jemparingan' betah melestarikan tradisi leluhur, di sejumlah tempat di Yogyakarta.
Jemparingan memiliki sejumlah ciri khas dan keunikan. Pada panahan Jemparingan, puluhan pemanah membidik tiga hingga lima buah sasaran secara bersamaan. Target atau sasaran yang dipanah, yang disebut bandulan, pun relatif kecil.
Para pemanah juga diharuskan menembak sasaran dengan posisi duduk bersila. Mereka duduk dengan posisi menyampingi arah sasaran.
Sejumlah keunikan pun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Seperti kondisi yang tampak di Pendopo Agung, Hotel Royal Ambarrukmo, baru-baru ini.
Para wisatawan dan warga negara asing bahkan tidak hanya tertarik untuk menonton. Mereka bahkan ada yang mencoba dan bahkan menekuni Jemparingan.
[Wiwied Widyastuti, Manajer Public Relation Royal Ambarrukmo]:
"Jemparingan ini adalah suatu aktivitas yang kita lakukan untuk melestarikan tradisi, dan memang pendopo ini juga untuk kegiatan melestarikan seni dan tradisi yang ada di Yogyakarta, dan sekarang ini di hari Jumat, komunitas yang ada di pendopo adalah Jemparingan, dan ini adalah komunitas yang memang kita grab untuk memberikan perbedaan di Royal Ambarrukmo dengan hotel-hotel lain."
Wiwied menambahkan, wisatawan yang berminat bisa langsung mencoba panahan tradisional ini setiap hari Jumat sore.
Ketua Paguyuban Mardisoro, Sukro Kusmanto mengatakan olahraga panahan tradisional atau Jemparingan ini tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik. Jemparingan membutuhkan integrasi antara kekuatan fisik dan ketenangan batin.
[Sukro Kusmanto, Ketua Paguyuban Mardisoro]:
"Memang rumit kalau dijalani oleh orang-orang yang belum pernah menjalankan, ini adalah olah raga yang harus betul-betul dihayati."
Pimpinan sekaligus tokoh paguyuban Jemparingan yang 'bermarkas' di kompleks Puro Pakualaman, Yogyakarta ini menambahkan, upaya pelestarian Jemparingan ini tidak sia-sia. Dia mengakui akhir-akhir ini, peminat olahraga panahan tradisional ini mengalami penambahan. Sejumlah warga mulai melirik Jemparingan sebagai olahraga pilihan sekaligus turut serta melestarikan kebudayaan tradisional peninggalan nenek moyang.
Wayan Adi Melaporkan untuk NTD News dari Yogyakarta
-~-~~-~~~-~~-~-
Please watch: "Amerika Serikat Akan Tolak Visa Penganiaya Falun Gong | Hak Asasi Manusia"
[ Ссылка ]
-~-~~-~~~-~~-~-
Ещё видео!