Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Mataram dipimpin oleh seorang raja yang memiliki nama Sri Sultan Mangkurat. Dikisahkan, Sri Sultan Mangkurat ini memiliki tiga orang anak yang bernama Nyai Bandi, Pangeran Danu Sumitro, dan Putri Kinasih.
Sebagai putra mahkota, Pangeran Danu sudah dipersiapkan sejak dini dan matang-matang oleh Sri Sultan untuk dijadikan Raja Mataram menggantikan dirinya yang sudah mulai tua. Sayang seribu sayang, Pangeran Danu tidak mau menerima kedudukan tersebut dan memilih untuk pergi meninggalkan istana bersama kakaknya, Nyai Bandi.
Keputusan Pangeran Danu mendapatkan pertentangan hebat dari ayahandanya. Meskipun Pangeran Danu melakukan sungkem dan meminta doa restu, tetap saja Sri Sultan memberikan pertentangan terhadap keputusannya. Namun, Pangeran Danu bukanlah orang yang mudah putus asa, dia tetap bersikeras untuk pergi meninggalkan istana. Pangeran Danu mampu mengalahkan prajurit-prajurit utama Istana Mataram yang diperintahkan ayahandanya untuk menghadang kepergian dirinya.
Mengetahui hal tersebut, hati Sri Sultan luluh. Akhirnya, dengan berat hati Sri Sultan mengizinkan Pangeran Danu pergi bersama Nyai Bandi asalkan memenuhi satu persyaratan yang diberikan oleh Sri Sultan. Persyaratan tersebut adalah mereka boleh pergi jika mereka ditemani oleh Patih Surengrono Nyai Alap Alap, dan juga prajurit-prajurit pilihannya. Pangeran Danu bersedia memenuhi persyaratan tersebut dan segera pergi meninggalkan kerajaan.
Setelah kepergian Pangeran Danu, Kerajaan Mataram didatangi seorang pencuri sakti mandraguna bernama Sontoboyo yang berasal dari Madura. Sontoboyo ini mampu berubah menjadi buaya pada siang hari dan berubah lagi menjadi manusia pada malam hari. Saat menjadi manusia, Sontoboyo sering melakukan tindakan asusila dan tindakan lainnya yang merugikan masyarakat. Dia mampu mentransparankan dirinya dan melakukan tindakan asusila terhadap kaum wanita untuk memenuhi hawa nafsunya, dia melakukan tindakan zina tersebut tanpa diketahu oleh siapapun. Sontoboyo juga bertemu dengan Putri Kinasih, putri dari Sri Sultan Mangkurat, dan mereka saling jatuh cinta.
Kejahatan yang telah meresahkan masyarakat itu akhirnya diketahui oleh Sri Sultan. Sri Sultan pada saat itu berada pada posisi yang serba salah. Di satu sisi ia harus menjatuhkan hukuman pada Sontoboyo, namun di sisi yang lain, ia harus memikirkan perasaan putrinya yang sudah terlanjur jatuh cinta terhadap Sontoboyo. Memikirkan putra satu-satunya yang pergi meninggalkan kerajaan, Sri Sultan akhirnya mendapatkan sebuah rencana. Ketika Sontoboyo datang ke istana, Sri Sultan menjatuhkan sebuah hukuman yang terlihat remeh namun sangat sulit untuk dilakukan, yaitu membawa pulang Pangeran Danu serta rombongannya ke Kerajaan Mataram dalam keadaan hidup atau mati. Jika ia berhasil, dia akan diakui sebagai putra menantunya, namun jika ia gagal, dia akan dijatuhi hukuman mati.
Singkat cerita, Sontoboyo akhirnya sampai di Kerajaan Werkhoto, kerajaan yang dipimpin oleh Pangeran Danu. Sontoboyo tidak langsung bertemu dengan Pangeran Danu melainkan bertemu dengan Patih Surengrono. Setelah melakukan percakapan beberapa saat, terjadilah kesalah pahaman di antara mereka yang menyebabkan sebuah pertarungan hebat di antara dua orang sakti tersebut. Patih Surengrono yang memiliki ilmu lebih unggul dibandingkan dengan Sontoboyo mampu mengalahkan Sontoboyo dan membuangnya ke sungai dengan kondisi tubuh terikat. Namun Sontoboyo adalah seorang siluman buaya, ia akhirnya berubah menjadi seekor buaya putih yang besar. Patih Surengrorno yang ketika itu lengah atas kemenangannya tergigit oleh Buaya Putih Sontoboyo.
Mengetahui keadaan musuh yang terluka parah, prajurit dari Mataram berniat membunuhnya. Namun, Patih Surengrono mampu menjauh dari mereka. Dalam keadaan tersebut, Patih Surengrono akhirnya mencabut keris saktinya dan membuat garis di sepanjang tanah yang dilaluinya dengan keris itu. Ketika prajurit-prajurit itu berlari mengejar Patih Surengrono, seketika pandangan mereka menjadi gelap, tidak tahu arah barat dan timur ketika melewati garis tersebut. Sontoboyo yang juga melewati garis tersebut pandangannya menjadi gelap dan baur, tidak lagi tahu ke mana Patih Surengrono pergi. Wilayah yang berada dalam garis yang dibuat Patih Surengrono tersebut akhirnya diberi nama Baureno atau membingungkan.
selengkapnya di link berikut
[ Ссылка ]
#sejarah
#sejarahboureno
#dansumitro
#blongsong
Ещё видео!