Pelabuhan Teluk Bayur (bahasa Minangkabau : Palabuahan Taluak Bayua) adalah salah satu pelabuhan yang terdapat di Kota Padang, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Pelabuhan Teluk Bayur sebelumnya bernama Emmahaven yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda antara tahun 1888 sampai 1893. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau serta pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatra Barat.
Pelabuhan ini mulai dirintis pada tahun 1850 dengan jalur Batavia-Padang dengan kapal uap saat itu Belanda menilai Padang sangat berpotensi kopi dan rempah-rempah.
Pada tahun 1888 pemerintah Belanda membangun pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan pusat di Sumatera bagian barat, awalnya dinamai oleh Emmahaven yang di desain oleh J.P.Yzerman.
Nama Emma Haven diambil dari nama seorang ratu di Belanda, yaitu Ratu Emma. ibu dari Ratu Wilhelmina yang berkuasa di Belanda pada saat Perang Dunia I dan II. Ratu Emma meninggal di Den Haag pada tanggal 20 Maret 1934, karena mengalami komplikasi bronkitis pada usia 75 tahun, dan dimakamkan di Delft, Belanda.
Sebelum pembangunan Teluk Bayur itu pelabuhan pertama di Kota Padang ini adalah Pelabuhan Muaro Padang yang berjarak 9 kilometer kearah utara, karena kapasitas yang kurang serta aliran sungai yang dangkal akhirnya memindai pelabuhan tersebut ke Teluk Bayur.
Pembangunan pelabuhan ini menyimpan cerita sedih karena tenaga kerja yang dipekerjakan untuk membangun pelabuhan adalah para pribumi tahanan Belanda yang masa tahanannya lebih dari 5 tahun.
Para tenaga kerja paksa ini bekerja sambil memakai rantai di kedua kaki dan tangannya untuk mencegah agar para tahanan ini tidak kabur. Banyak nyawa yang melayang setiap harinya karena beratnya pekerjaan mereka namun tidak diimbangi dengan pemberian makanan yang cukup.
Kemudian Di 1890 Pelabuhan Ratu Emma itu direnovasi dan baru selesai di 1895. Untuk melancarkan jalur penyaluran rempah-rempah serta tambang, seperti semen dan batu bara pelabuhan tersebut dihubungi oleh rel kereta api. Untuk tambang batu bara di Sawahlunto ada rel kereta api, untuk Semen dari pabril Indarung langsung ke Teluk Bayur, sementara untuk transportasi dan rempah-rempah lainya terhubung dengan dengan stasiun kereta api Simpang Haru.
Hingga era Perang Dunia II, Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu dari lima pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya Singapura sebagai pelabuhan transit, Selat Malaka menjadi jalur pelayaran yang penting sehingga mengakibatkan menurunnya aktivitas perdagangan di Teluk Bayur.
Pelabuhan Teluk Bayur kini dikelola oleh PT. PELINDO dengan luas peraiaran 30,89 Ha, area daratan 544 Ha dan panjang dermaga 1.565 m. Pelabuhan Teluk Bayur telah memiliki standar prosedur pelayanan ISO 9002 sehingga menjadi pelabuhan kelas I.
Sumber : [ Ссылка ]
Ещё видео!