Insiden USS Potomac tahun 1832, yang juga dikenal sebagai Insiden Kapal Perang USS Sumatra, terjadi sebagai respons dari Amerika Serikat atas serangan terhadap kapal dagang mereka di perairan Aceh. Berikut adalah kronologi lengkap dari insiden tersebut:
Latar Belakang:
Pada awal abad ke-19, kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan di sekitar Sumatra, menjadi pusat perdagangan yang penting bagi negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat. Selat Malaka merupakan rute perdagangan utama yang strategis, tetapi juga terkenal karena maraknya aktivitas perompakan. Banyak kapal dagang dari Eropa dan Amerika melintasi kawasan ini untuk berdagang di wilayah Asia.
Pada 7 Februari 1831, kapal dagang Amerika bernama Friendship, yang dipimpin oleh kapten Charles Endicott, berlayar di perairan lepas pantai Aceh, Sumatra. Kapal ini dalam perjalanan dagang, mengangkut merica dan komoditas lainnya, ketika tiba-tiba diserang oleh kelompok perompak lokal. Para perompak menaiki kapal Friendship, menewaskan sebagian awak kapal, dan merampas muatannya.
Kapten Endicott dan beberapa awak kapal yang selamat berhasil melarikan diri dan segera melaporkan insiden ini kepada pihak berwenang di Amerika Serikat. Insiden tersebut mengejutkan Amerika karena perdagangan di wilayah Asia Tenggara sangat penting bagi ekonomi Amerika saat itu.
Tanggapan Amerika:
Pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk bertindak cepat dan keras terhadap insiden ini demi melindungi kepentingan dagang mereka di wilayah tersebut dan menunjukkan kekuatan mereka di kancah internasional. Untuk itu, mereka mengirim kapal perang USS Potomac di bawah komando Kapten John Downes ke perairan Sumatra untuk menuntut balas dan menghukum pihak-pihak yang terlibat dalam penyerangan.
Operasi Militer USS Potomac:
Pada 6 Februari 1832, USS Potomac tiba di perairan Aceh, tepatnya di sekitar pelabuhan Kuala Batee, yang diyakini sebagai tempat para perompak berasal. Kapten John Downes memutuskan untuk melakukan serangan darat terhadap penduduk lokal di kawasan tersebut, menganggap mereka sebagai bagian dari kelompok perompak yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Friendship.
Untuk mengelabui penduduk lokal, kapal Potomac berlayar dengan menyamar sebagai kapal dagang Denmark. Kapten Downes berharap penyamaran ini akan memungkinkan mereka mendekati pantai tanpa memicu perlawanan. Begitu mereka dekat dengan pelabuhan, Potomac mengirimkan pasukan marinir dan pelaut ke darat untuk melancarkan serangan.
Pasukan Amerika, yang terdiri dari sekitar 282 prajurit, menyerbu desa di Kuala Batee. Serangan ini menyebabkan pertempuran singkat namun mematikan. Menurut laporan Amerika, lebih dari 150 orang Aceh tewas dalam pertempuran tersebut, sementara pihak Amerika hanya kehilangan dua prajurit. Banyak bangunan dan kapal di pelabuhan juga dihancurkan oleh pasukan Amerika.
Dampak Insiden:
Setelah serangan di Kuala Batee, USS Potomac kembali ke Amerika Serikat, dan pemerintah Amerika menganggap misi tersebut sebagai sukses karena mereka berhasil menghukum para perompak dan melindungi kepentingan dagang mereka di wilayah tersebut.
Namun, di sisi lain, insiden ini tidak meninggalkan dampak yang besar dalam hubungan jangka panjang antara Amerika dan Kesultanan Aceh. Aceh masih terus menghadapi ancaman dari penjajah Belanda, yang berusaha menguasai wilayah tersebut dalam beberapa dekade berikutnya. Amerika Serikat sendiri tidak melanjutkan aksi militer di wilayah Aceh setelah insiden tersebut, dan hubungan dagang antara kedua pihak tetap berlanjut.
Penutup:
Walaupun serangan USS Potomac adalah respons yang keras terhadap serangan terhadap kapal Friendship, insiden ini lebih merupakan aksi pembalasan terbatas daripada konflik besar atau perang. Hubungan antara Amerika Serikat dan Kesultanan Aceh tetap berjalan relatif damai setelah insiden tersebut, meskipun Aceh kemudian terlibat dalam konflik besar dengan Belanda selama Perang Aceh (1873–1904).
Ещё видео!