5 Tokoh PKI yang Mengalami Kematian Tragis, Nomor 1 Sempat Pidato Sebelum Dieksekusi
JAKARTA - PKI atau Partai Komunis Indonesia merupakan sebuah partai besar yang pernah ada di Indonesia. Tokoh-tokoh dalam partai ini dituding menjadi dalang dari berbagai pemberontakan dan peristiwa kelam di Tanah Air, termasuk Gerakan 30 September tahun 1965. Berikut adalah 5 tokoh PKI yang mengalami kematian tragis.
1. DN Aidit
Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal dengan sebutan DN Aidit merupakan Ketua Central Committee (CC) PKI. Ia ditangkap pada 22 November 1965 di Solo. Ketika diringkus, Aidit sedang berada di tempat persembunyiannya, di rumah milik Kasim.Melansir Sindonews, keberadaan Aidit diketahui usai Kasim ditangkap dan diinterogasi oleh petugas. Ketika awal pencarian, tim tidak berhasil menemukan Aidit. Namun, pasukan intelijen beranggapan bahwa Aidit berada dan bersembunyi di dalam rumah. Dugaan tersebut akhirnya terbukti.
Aidit keluar dari ruangan rahasia yang ada di belakang lemari milik Kasim. Setelah itu, ia dibawa ke Loji Gandrung. Aidit dieksekusi di sebuah area yang terdapat sumur tua kering. Usai diberondong peluru regu tembak, ia pun ambruk.Namun, sebelum dieksekusi mati, Aidit sempat berpidato dan meneriakkan ‘Hidup PKI’. Jasad Aidit dimasukan ke dalam sumur tua yang berada di tengah kebun pisang tersebut. Para tentara menindihnya dengan tanah, daun kering, dan batang pisang untuk menyamarkan jejaknya.
2. Amir Syarifudin
Tokoh PKI lain yang mengalami kematian tragis adalah Amir Syarifudin. Ia merupakan eks Menteri Pertahanan Indonesia dan eks Perdana Menteri Indonesia. Melansir laman Perpusnas, Amir turut andil dalam menyetujui dan menjalankan komunis internasional, agar kaum kiri dapat beraliansi dengan kapitalis guna menghancurkan fasisme.
Pada tahun 1943, Amir tertangkap oleh fasis Jepang. Beriringan dengan hal itu, terbongkar pula bahwa Amir terhubung dengan banyak organisasi anti-fasisme Jepang. Diketahui, Amir juga terlibat dalam pemberontakan di Madiun pada 1948. Pada saat pemberontakan Madiun, ia sedang berada di Yogyakarta untuk menghadiri Kongres Serikat Buruh Kereta Apia
tau SBKA. Ia dieksekusi pada 19 Desember 1948 dengan cara ditembak.
3. Nyoto
Tidak ada sumber pasti terkait kisah akhir hayat Wakil Ketua CC PKI, Nyoto. Ada yang mengatakan bahwa ia ditembak mati di Tanjung Priok, ada juga yang menyampaikan bahwa nyawa Njoto melayang di Bekasi pada 13 Desember 1965 setelah dirinya ditahan di Rutan Budi Utomo. Dalam buku bertajuk Njoto Peniup Saksofon di Tengah Praharya, diketahui bahwa Njoto langsung memboyong istrinya, Sutarni, yang tengah hamil dan 6 anaknya untuk pergi dari rumahnya di Jalan Malang, Menteng, Jakarta Pusat, usai peristiwa Gerakan 30 September.
Njoto dan keluarganya mendatangi rumah para kerabat untuk mencari tempat mengungsi. Setelah menitipkan istri dan anaknya, Njoto pergi lagi. Sutarni dan anak-anaknya tidak pernah lama menetap di satu rumah. Mereka sering berpindah-pindah, dari rumah kerabat yang satu ke rumah kerabat lainnya. Di akhir tahun 1965, Njoto sempat 2 kali menjenguk keluarganya, setelah itu kembali pergi menuju pelariannya.
4. Muso
Muso merupakan tokoh PKI yang menimba ilmu langsung di Uni Soviet. Ia ditembak mati pada 31 Oktober 1948, pasca pemberontakan PKI di Madiun. Sekitar 12 hari setelah Madiun dikuasai PKI/FDR yang dipimpin Amir dan Muso, Madiun kembali ke tangan TNI dan Muso melarikan diri. Meskipun demikian, ia terus dikejar hingga akhirnya ditembak di kamar mandi milik seorang warga.
Saat ditembak, Muso diyakini belum tewas. Jasadnya dibawa menggunakan tangga bambu, namun tangga tersebut patah di tengah jalan. Akhirnya, tubuh Muso digeret dan pada saat itulah dirinya diyakini baru meninggal dunia. Jasad Muso dibawa ke alun-alun dan dipertontonkan kepada masyarakat. Setelahnya, tubuh Muso dibakar dan abunya dibiarkan di alun-alun.
5. MH Lukman
Misteri menyelimuti kematian Wakil Ketua CC PKI, MH Lukman. Berbagai sumber menyebut, dirinya tewas akibat dieksekusi algojo, ada juga yang menyebut bahwa ia meregang nyawa dalam persitiwa baku tembak. Pria asal Tegal ini menjadi salah satu petinggi PKI di tahun 1943. Lukman adalah barisan pemuda yang turut membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, sebelum hari proklamasi. Selain itu, Lukman juga menjadi tokoh API atau Angkatan Pemuda Indonesia yang membantu pemerintahan Soekarno-Hatta.
Ещё видео!